Bandung – Pada 20 Desember 2023 Kantor Wakil Rektor Riset dan Inovasi Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan Pameran Hasil Riset, Inovasi, dan Pengabdian Masyarakat (PRIMA) 2023. Agenda ini diselenggarakan secara bauran, untuk agenda offline diselenggarakan di aula timur dan aula barat.

Serangkaian acara PRIMA 2023 terdiri dari talkshow yang diadakan di aula timur, salah satu gelar wicara yang diselenggarakan bertema “Menggenggam Masa Depan: Inovasi Penelitian untuk Keberlanjutan Industri”. Sesi ini diisi oleh Dr. Ir. Sri Raharno, S.T, M.T. dan Dr. rer. nat. Mardiyati, S.Si., M.T. Keduanya adalah dosen FTMD. 

Dr. Ir. Sri Raharno, S.T, M.T. membicarakan tentang “Peningkatan daya saing industri manufaktur nasional padat karya melalui penerapan kerangka kerja configurable virtual workstation”

Dalam era industri modern saat ini, industri manufaktur yang padat karya masih mendominasi dengan penggunaan mesin-mesin konvensional untuk memproduksi berbagai jenis produk. Meskipun demikian, industri manufaktur dilihat sebagai masa depan dalam aspek fleksibilitas, memungkinkan produksi beragam produk sesuai kebutuhan pasar. Namun, tantangan yang dihadapi adalah kemampuan industri dalam menghasilkan produk dengan volume sedikit namun dengan variasi yang tinggi. Sayangnya, beberapa industri manufaktur yang masih mengandalkan metode estimasi tanpa data lapangan yang akurat seringkali menghadapi masalah, terutama dalam mengendalikan kualitas produknya. Hal ini memunculkan kekhawatiran tentang efisiensi dan keakuratan produksi di masa mendatang.

Dalam upaya meningkatkan fleksibilitas industri, inovasi terbaru fokus pada pengolahan data dari soflore untuk memberikan feedback yang tepat. Konsep ini, meskipun menjanjikan, menemui beberapa tantangan yang perlu diatasi. Pertama, investasi yang diperlukan untuk membangun sistem ini dinilai sangat mahal. Selain itu, implementasi teknologi ini membutuhkan banyak sensor dan berpotensi meningkatkan beban kerja bagi operator yang sudah ada. Namun, sebagai solusi, pihak industri kini berupaya mengembangkan sistem inovatif dengan biaya yang lebih terjangkau dan memastikan bahwa operator tidak terbebani dengan pekerjaan tambahan yang berlebihan.

Dr. rer. nat. Mardiyati, S.Si., M.T. membicarakan tentang “Menuju kemandirian industri merah putih: bagaimana membangun budaya inovasi dan kolaborasi penelitian.”

Beliau menjelaskan bahwa ITB telah menjalin kerja sama dengan PT PINDAD untuk membuat propelan buatan Indonesia, yang kini berupaya mempertimbangkan sumber bahan baku lokal untuk meningkatkan kemandirian dalam produksinya. Salah satu bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat propelan adalah kapas linter, yang dimana kenyataannya di Indonesia tidak memiliki sumber kapas linter dan kondisi iklimnya tidak mendukung pertumbuhannya. Dalam upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor dan pihak luar, para ilmuwan menekankan pentingnya melakukan rekayasa serta proses inovasi yang didasarkan pada keilmuan dan keberanian untuk berinovasi. Untuk mewujudkan hal ini, beberapa fakultas dan sekolah di ITB telah berkolaborasi yaitu FMIPA, FTI, FTMD, STEI, serta Teknik Kimia, untuk menggali potensi dan solusi guna mendapatkan bahan baku alternatif yang sesuai dengan kebutuhan propelan.

Beliau juga menambahkan bahwa hingga saat ini ITB dan PT PINDAD telah berhasil mencapai target performa 5.56, formulasi yang digunakan berasal dari Indonesia, teknologi yang digunakan berasal dari Indonesia dan tidak ada campur tangan dari pihak luar.

Sebagai lembaga pendidikan tinggi yang berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan, ITB secara konsisten menghasilkan lulusan yang tidak hanya mahir dalam bidang akademiknya, tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam terhadap kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, keilmuan kepakaran ilmu pengetahuan yang dimiliki juga menjadi sumber daya yang berharga dalam menciptakan inovasi yang dapat membawa kemajuan bagi Indonesia dan menyentuh kehidupan sehari-hari masyarakat secara positif.