Bandung – 17 April 2024, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, bekerja sama dengan USAID-HEPI, meresmikan Makers Innovation Space (MIS) ITB. Acara peresmian ini dihadiri oleh tokoh-tokoh penting seperti Jeffrey Cohen, Direktur Misi USAID Indonesia; Jeffrey Goss, Wakil Rektor ASU; Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, Dekan FTMD ITB; Dr. Abdul Rahman, Direktur Negara USAID-HEPI; Ir. R. Sugeng Joko Sarwono, Ph.D., Kepala Institut Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan ITB; dan Ir. Susilo Siswoutomo, Ketua Yayasan Solidarity Forever, serta segenap civitas akademik FTMD ITB.

Acara peresmian ini mencakup pemotongan pita oleh Dekan FTMD, Prof. Tatacipta, dan Direktur USAID, Jeffrey Cohen. Makers Innovation Space, atau yang biasa disebut Fasilitas Kreasi, Inovasi, dan Purwarupa, merupakan hasil dari kerjasama USAID-HEPI dengan Arizona State University (ASU) serta FTMD ITB. Fasilitas ini berlokasi di gedung Laboratorium Teknik Produksi dan dilengkapi dengan peralatan dan sumber daya berteknologi mutakhir untuk memacu inovasi dan mewujudkan ide-ide para mahasiswa, dosen, dan civitas akademik ITB lainnya. 

Tujuan utama Makers Innovation Space adalah menumbuhkan budaya inovasi dan kewirausahaan serta menyediakan sarana dan sumber daya bagi mahasiswa untuk mengembangkan ide-ide mereka. Peresmian MIS ini menandai kerjasama penting antara institusi pendidikan tinggi di Indonesia dan Amerika, yang sejalan dengan ambisi Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan membantu mahasiswa mempersiapkan diri untuk dunia kerja. 

Dalam sambutanya, Prof. Tatacipta menyatakan “Makers Innovation Space adalah mimpi kami yang menjadi kenyataan. Kami telah bermimpi untuk menyediakan fasilitas pembuatan prototipe cepat yang kreatif bagi para mahasiswa, dan ketika kami mengetahui bahwa Arizona State University, melalui program USAID HEPI, melakukan hal tersebut, kami sangat senang dan bersemangat untuk ikut serta dalam program ini.” 

Makers Innovation Space merupakan investasi yang signifikan bagi masa depan Indonesia. Dengan membekali para mahasiswa dengan peralatan, sumber daya, dan bimbingan selama masa kuliah, mereka akan mampu mewujudkan ide-ide mereka. “USAID bangga menjadi bagian dalam mendorong inovasi dan kreativitas melalui kemitraan antara akademisi, dunia usaha, dan pemerintah.” tambah Jeff Cohen, Direktur USAID Indonesia. 

MIS juga dilengkapi dengan fasilitas canggih, termasuk printer 3D, pemotong laser, perangkat purwarupa elektronik, dan lainnya. Fasilitas ini menyediakan lingkungan dinamis bagi mahasiswa, dosen, dan peneliti untuk memulai dan menyatukan ide-ide, membuat purwarupa, dan mengembangkan solusi untuk tantangan di dunia nyata. MIS juga akan memfasilitasi kolaborasi antardisiplin ilmu dan memberikan pengalaman belajar langsung. 

Melalui MIS, diharapkan mahasiswa dapat memperoleh pengalaman penting dalam merancang dan membuat produk serta belajar dari kegagalan yang terjadi. Fasilitas ini memungkinkan mahasiswa menyelesaikan tantangan atau masalah melalui perancangan rekayasa, pembuatan prototipe, hingga tahap penyelesaian akhir. 

Jeffrey Goss dari ASU menyatakan, “Melalui USAID Higher Education Partnership Initiative (HEPI), kami merasa terhormat dapat bermitra dengan rekan-rekan kami di Indonesia untuk membangun MIS ini. Bersama-sama, kita dapat mempercepat inovasi, mendorong pembangunan ekonomi, dan mengatasi tantangan sosial yang mendesak melalui kekuatan pendidikan dan kolaborasi.” 

Bersamaan dengan dibukanya MIS ini, tahun ini juga menandai peringatan 75 tahun hubungan bilateral antara Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat. Tentunya menunjukan ainergi antara kedua negara ini dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan mendorong inovasi yang diharapkan akan terus berlanjut.