Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITBmengirimkan tiga mahasiswanya untuk mengikuti MEI Center Spring School and the 16th MEI International Symposium yang diadakan di Osaka University, Jepang. Adapun ketiga mahasiswa tersebut adalah Rafli Ramadhan (Teknik Mesin 20), Victoria Immanuella (Teknik Mesin 19), dan Robertus Ruben (Teknik Mesin 19). Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kolaborasi FTMD dengan salah satu mitra universitas luar negeri. 

MEI Center Spring School diisi dengan kegiatan kuliah dari dosen-dosen yang berasal dari Toronto University dan Osaka University, sementara itu the 16th MEI International Symposium digelar dengan seminar yang berisikan hasil dari riset-riset penelitian terkini. Selain kedua kegiatan utama di atas, di tengah agenda juga disisipkan acara berkumpul para peserta yang berasal dari Indonesia, Thailand, New Zealand, dan Korea. Uniknya hanya mahasiswa FTMD yang masih dalam jenjang sarjana, sementara peserta lain sedang berkuliah di jenjang magister dan akan melanjutkan ke jenjang doktoral sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi mereka untuk mendalami materi sepanjang kegiatan.  

Kegiatan MEI Spring School

Para mahasiswa menyebutkan bahwa topik-topik riset yang digaungkan dalam kegiatan ini sudah jauh lebih maju dari Indonesia. Selain itu, mereka juga mengungkapkan cara dosen disana ketika mengajar sangat menarik yang mana langsung menjelaskan mengenai aplikasi penerapannya, tidak monoton seperti teori yang dijabarkan di buku.  

Mereka juga melihat perbedaan lainnya dari apa yang mereka biasa dapatkan di FTMD, yaitu dosen mengajar cukup cepat sehingga mereka harus benar-benar fokus mendapat ilmu baru. Teknologi yang dipaparkan juga sudah lebih maju dan benar-benar fokus ke sisi medikal dibantu dengan adanya rumah sakit di Osaka University tempat mahasiswa langsung mempraktikan ilmu yang sudah didapat. Dosenpun sangat akrab dengan mahasiswa sehingga mahasiswa bisa bebas langsung bertanya tanpa merasa enggan. Uniknya lagi, dokter-dokter di Jepang paham tentang ilmu rekayasa (engineering) dan ilmu biomedik diterapkan dengan baik.  

Selain mendapat ilmu secara akademis, peserta juga mendapat banyak pengalaman yang dapat merubah pandangan. Banyak sisi positif yang dapat diambil seperti budaya orang Jepang yang tepat waktu. Seluruh agenda yang sudah disusun rapih berjalan dengan runtut. Orang-orang Jepang yang ada di sana juga sangat menghargai seluruh peserta dan memberikan kenyamanan tersendiri walaupun masih banyak masyarakat yang belum paham berbahasa Inggris. Belum lagi, Jepang juga negara yang sangat bersih, tidak ada satupun sampah yang berserakan. Pada malam hari setelah acara Symposium berakhir, mereka diajak makan bareng dengan para dosen dan peserta lainya. 

Banyak sudut pandang baru yang didapat oleh para mahasiswa terutama terkait masa depan setelah lulus dari jenjang sarjana. Mereka mengutarakan bahwa karir di bidang biomedik ternyata begitu luas. Banyak kesempatan di masa mendatang karena riset biomedik dewasa ini semakin banyak dibutuhkan. Selain itu, mereka juga sependapat untuk melanjutkan studi ke tingkat magister di luar negeri untuk menggali ilmu yang mendalam terkait biomedik dan memaksimalkan potensi yang dimiliki sehingga berguna di masa yang akan datang. 

Setelah kembali ke Indonesia, para mahasiswa tentunya berharap ada kemajuan yang didapatkan untuk pihak kampus. Adapun masukan mereka untuk FTMD adalah terkait alat-alat di laboratorium yang dinilai sudah tua sehingga beberapa alat tidak bisa digunakan, menghasilkan data yang tidak akurat, dan membuat sesi praktikum menjadi tidak maksimal. Teknologi-teknologi baru yang sudah semakin banyakpun harus segera dilengkapi agar mahasiswa benar-benar memahami dan dapat mempraktikan ilmu di bidang biomedik. Hal-hal lain yang dapat ditingkatkan adalah fasilitas-fasilitas kampus agar lebih memadai seperti kantin yang nyaman dan bersih ataupun ruangan lab yang lebih spesifik disesuaikan dengan peruntukannya guna meminimalisir antrian mahasiswa ketika praktikum berlangsung.