Bandung – Midea International HVAC Design Contest merupakan ajang lomba yang diadakan oleh Midea Building Technologies di 7 negara yaitu China, Vietnam, Malaysia, Filipina, Indonesia, UAE, dan Georgia. Ajang lomba desain ini sudah berlangsung selama 21 tahun, terhitung sejak tahun 2002. Pada tahun ini, kompetisi bergengsi ini kembali hadir dan selenggarakan dari tahap nasional  yaitu the 3rd Midea International HVAC Design Contest – Indonesia chapter. Tim yang mewakili ITB berhasil meraih juara satu pada 3rd Midea International HVAC Design Contest – Indonesia Chapter, kemenangan ini merupakan bukti nyata dari keberhasilan dalam kolaborasi multidisiplin yang mengesankan.

Kontes Desain HVAC Internasional Midea 2023 memiliki dua kategori. Kategori pertama adalah untuk profesional, yang mencakup konsultan, pembangun, dealer Midea, perancang, dan arsitek. Kategori kedua adalah untuk mahasiswa yang mempelajari bidang terkait seperti teknik, arsitektur, atau HVAC. Dimana para peserta merebutkan posisi juara 1,2, dan 3. Kemudian para pemenang  dari setiap negara dikirim untuk lanjut bersaing kembali dalam ajang internasional. Di Indonesia sendiri, student category diikuti oleh 20 tim dari delapan universitas.

Tim yang mengharumkan nama FTMD ini terdiri dari 5 orang. Empat dari mereka merupakan mahasiswa Teknik Mesin ITB yaitu Timothy Pierson (13120094), Mochamad Faiq Al-Harits (13120143), Arkaan Rasyad Usman (13120005), Naufal Zaki Labib Zuhair (13120116). Serta satu orang lainnya adalah Gani Muhammad Zohari (15220003) mahasiswa yang berasal dari Program Studi Arsitektur, SAPPK.

Tahap pertama adalah para peserta diminta untuk menyediakan ringkasan desain, pemilihan sistem, visualisasi desain, diagram kontrol, dan jadwal skematik sistem. Semua elemen ini harus digambarkan dengan jelas, setelah itu para juri akan memilih tiga desain terbaik untuk berkompetisi di babak final.

Tema yang diusung pada 3rd Midea International HVAC Design Contest – Indonesia Chapter tahun ini adalah adalah merancang sebuah mal dengan tema green and sustainable building, dan mereka menggunakan beberapa pendekatan yang terbagi menjadi dua, yaitu pendekatan pasif dan aktif. 

Pendekatan pasif melibatkan optimisasi dari segi struktur bangunan itu sendiri, termasuk pemilihan material yang energi-efisien untuk elemen-elemen seperti dinding, sehingga energi tidak terbuang sia-sia. Ini juga mencakup ide inovatif seperti penciptaan skywalk di lantai teratas.

Sementara itu, pendekatan aktif berfokus pada pemilihan produk yang harmonis dengan desain yang telah dikembangkan. Mereka memilih untuk menggunakan produk VRF yang dikenal tidak hanya energi-efisien tetapi juga mendukung kualitas udara yang lebih sehat, ditambah dengan fitur monitoring dan perawatan yang baik. 

Lebih lanjut, mengingat skala besar sistem pendingin di mal dan konsumsi energi yang sangat tinggi, tim juga memutuskan untuk memanfaatkan sistem WDC. Untuk memastikan kontrol terpusat yang efisien, mereka mengintegrasikan building management system (BMS), yang tidak hanya mengatur sistem AC, tetapi juga sistem kelistrikan, sistem pemadam kebakaran, dan aspek-aspek lain dari infrastruktur bangunan. Penggunaan BMS juga bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan sistem pendinginan dengan memungkinkan analisis data mendalam dari berbagai elemen sistem.

Para peserta, salah satunya mereka, juga diminta untuk memanfaatkan sistem manajemen bangunan dalam mengontrol berbagai aspek teknis, seperti sistem listrik dan pemompaan. Strategi operasi sistem didasarkan pada lima interval waktu berbeda, di mana sistem pendingin beroperasi dengan cara yang berbeda untuk memaksimalkan efisiensi.

Salah satu strategi kunci yang diperkenalkan adalah “pre-cooling“, yang memungkinkan bangunan untuk menyimpan energi dingin dan menggunakannya dalam situasi kritis atau saat permintaan tinggi, sehingga memastikan kenyamanan tanpa mengalami kelebihan beban.

Dalam konteks peran arsitektur di sebuah kompetisi, peserta hanya diberikan denah dan diberi kebebasan untuk menentukan bentuk gedung sesuai dengan efisiensi energi terbaik yang bisa mereka capai. Namun, mereka diingatkan untuk melakukan cross-check terhadap denah yang diberikan, terutama terkait basement yang mungkin tidak sesuai dengan standar bangunan yang berlaku. Tugas ini menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa teknik mesin dan membutuhkan keahlian khusus dari mahasiswa arsitektur untuk memastikan bahwa semua aspek telah memenuhi standar yang ditetapkan.

Dalam mengikuti lomba ini, tim FTMD khususnya mahasiswa Teknik Mesin menemukan bahwa mereka belum mempelajari beberapa konsep yang dijelaskan sebelumnya di kelas mereka, mengingat materi tersebut baru akan diajarkan pada semester baru. Dosen pembimbing, Dr.Eng. Ir. Firman Bagja Juangsa, S.T., M.Eng., memberikan bimbingan dan juga arahan untuk memungkinkan mereka dalam memahami dan menguasai proyek tersebut. Lebih lanjut, perlombaan Ini menuntut mereka untuk belajar secara mandiri, tidak hanya mengenai karakteristik sistem yang diperlukan, tetapi juga dalam membaca dan memahami parameter teknis dari katalog saat memilih sistem.

Salah satu tantangan terbesar yang mereka hadapi adalah mempelajari sendiri bagaimana menghitung beban pendingin menggunakan aplikasi tertentu — walaupun prinsip-prinsip dasar seperti perpindahan panas telah diajarkan sebelumnya. Hal ini mendorong mereka untuk mencari cara efektif untuk mengadakan pertemuan tim dan bekerja secara kolektif tanpa merasa kewalahan. Dengan bantuan Dr. Firman semua tantangan tersebut dapat diselesaikan dengan baik.

Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Tim FTMD berhasil membawa pulang Juara I pada tingkat nasional. Kemudian diikutsertakan lagi pada tingkat internasional dan akan menggunakan kasus yang sama. 

 

(written by Adji Riksa) 
Editor : Ainayya Azzahra