Global Multidisciplinary Design Course (GMDC) adalah salah satu program dari USAID Higher Education Partnership Initiative (HEPI), yang mendukung visi meningkatkan kualitas pendidikan STEM di Indonesia, salah satunya dalam bidang teknik dirgantara.

Program ini diinisiasi Arizona State University (ASU), sebagai host university, yang kemudian mengundang Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung (FTMD ITB) dan Purdue University, Amerika Serikat untuk bergabung sebagai pilot project dari program GMDC.

FTMD ITB sebelumnya sudah tergabung menjadi salah satu perguruan tinggi mitra di berbagai program yang diselenggarakan USAID HEPI, seperti pembangunan Maker Innovation SpaceEngineering Projects in Community Service (EPICS) Program, dan lain-lain.

GMDC merupakan kelas kolaborasi yang dibentuk USAID HEPI yang bertujuan mempelajari desain pesawat terbang. Program ini melibatkan enam mahasiswa FTMD ITB serta tiga mahasiswa Purdue University. ITB melalui FTMD dipilih karena silabus dan kurikulum, salah satunya mata kuliah Desain Pesawat Udara (AE4040), dinilai memiliki kualitas yang setara dengan kurikulum perguruan tinggi kelas dunia seperti Purdue University dan ASU.

FTMD ITB mengirim enam mahasiswa yang berkolaborasi dengan tiga mahasiswa dari Purdue University. Enam mahasiswa ITB tersebut adalah Anthony Nathan Sinisuka, Muhammad Aqil Vadhila, Dwiki Ananda Classirio, Elisabeth Filandow, Linquinn Aiko, dan Darian Patrick Elijah Soetanto. 

Dalam kelas kolaborasi ini, mahasiswa diberikan tugas merancang pesawat udara komersial bertenaga listrik yang mampu mengangkut 40 penumpang dengan rute penerbangan Jakarta-Singapura. Dalam pelaksanaannya, mereka dibimbing Mr. John Rutherford dari ASU, Mr. Thiago Guimaraes dari Purdue University, dan Dr. Taufiq Mulyanto dari ITB.

Dalam satu semester, para mahasiswa berhasil menghasilkan rancangan pesawat udara yang ditugaskan. Meskipun terpaut jarak dan perbedaan waktu yang signifikan ditambah dengan kondisi mereka saat mengampu kelas kolaborasi tersebut sedang menjalankan study abroad, mahasiswa FTMD ITB dapat menyelesaikan setiap proyek dengan baik dan efektif. Mereka pun menunjukkan kemampuan berkomunikasi dan belajar yang sangat baik, terlihat dari efektivitas sesi diskusi yang ditekankan oleh kelas kolaborasi ini. Sesi diskusi dan metode pengajaran berbasis proyek merupakan bagian dari bentuk rancangan kelas ini, yang bertujuan mempertajam kemandirian mahasiswa.

Hasil rancangan mereka menunjukkan bahwa pesawat udara komersil bertenaga listrik sepenuhnya secara teknis mungkin untuk dilakukan dengan menggunakan teknologi saat ini. Namun, dilihat dari sudut kelayakan ekonominya masih perlu dipertanyakan. Mereka juga memberikan solusi ekonomi lainya, yaitu dengan memanfaatkan integrasi propulsi listrik dan menggunakan sumber energi berkelanjutan lainnya seperti hidrogen atau biofuel, maka pesawat udara komersil menjadi lebih layak secara ekonomi dan ramah lingkungan untuk perjalanan udara regional yang dapat dicapai di masa depan.

Sebagai bagian dari pilot project yang dimiliki oleh USAID HEPI, USAID HEPI menggandeng Boeing Indonesia untuk terlibat dalam presentasi hasil kelas kolaborasi ini. Mahasiswa mempresentasikan hasil karyanya secara langsung di Kantor Boeing Indonesia, Jakarta, dan dihadiri oleh Direktur Boeing Indonesia, Zaid Alami, beserta para insinyur Boeing lainnya. Presentasi ini memberikan wawasan baru kepada mahasiswa terkait hasil rancangan pesawat udara mereka dari perspektif para ahli industri dirgantara.

Dengan kerja sama dan kerja keras semua pihak yang terlibat, kelas kolaborasi pertama ini sukses besar. Semoga ini menjadi inspirasi serta langkah awal bagi program lainnya di masa depan dan memungkinkan lebih banyak kolaborasi antara institusi pendidikan tinggi Indonesia dan Amerika untuk masa depan yang lebih baik.