FTMD ITB Perkuat Konektivitas dan Bangun Masa Depan Dunia Penerbangan
Bandung – Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia dengan lebih dari 17.000 pulau sangat bergantung pada transportasi udara untuk menghubungkan wilayah-wilayahnya. Sektor transportasi udara telah menjadi salah satu pilar utama dalam pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya Indonesia, sekaligus berperan penting dalam mobilisasi barang dan manusia, memperkuat pariwisata dan perdagangan, serta memfasilitasi akses ke layanan publik, terutama di daerah terpencil.
Pada Selasa, 24 September 2024, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (FTMD ITB) menggelar seminar bertajuk Expert Talk: Capaian Sektor Transportasi Udara 2015-2024. Acara ini bertujuan untuk mengevaluasi capaian sektor transportasi udara selama satu dekade terakhir serta memberikan masukan strategis bagi para pemangku kepentingan.
Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB, Prof. Ir. I Gede Wenten, M.Sc., Ph.D., dalam sambutanya menegaskan bahwa transportasi udara memainkan peran sentral dalam memajukan negara kepulauan seperti Indonesia. “Transportasi udara sangat vital dalam mendukung perekonomian nasional. Ini juga menjadi kunci dalam memperkuat pariwisata, mengurangi isolasi wilayah terpencil, serta meningkatkan konektivitas antarwilayah,” ujar Prof. Wenten.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Menteri Perhubungan RI, Dr.(H.C.) Ir. Budi Karya yang disampaikan pada keynote speech melalui pemutaran video, menekankan bahwa pengembangan sektor transportasi udara merupakan simbol kemajuan bangsa. “Transportasi udara membuka isolasi daerah terpencil, mendorong pertumbuhan industri, dan meningkatkan keterhubungan nasional,” kata Menteri Budi.
Guna menghasilkan evaluasi dari berbagai sudut pandang, acara ini menghadirkan sejumlah praktisi terkemuka di bidang penerbangan, seperti Ir. Polana Banguningsih Pramesti, M.Sc. (Direktur Utama Airnav Indonesia), Marsekal TNI (Purn.) Chappy Hakim (Ketua Pusat Studi Air Power Indonesia), Gerry Soejatman (Pengamat Transportasi Udara), dan Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T. (Dekan FTMD ITB), dengan Maria Assegaf (News Anchor TV One) sebagai moderator.
Salah satu capaian utama yang disoroti adalah penyesuaian Flight Information Region (FIR) di wilayah ruang udara Indonesia dan Singapura. Implementasi program Jembatan Udara yang sukses mengurangi disparitas harga bahan pokok di wilayah 3TP (Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Perbatasan) juga mendapat perhatian khusus. Namun, di tengah kemajuan ini, muncul tantangan baru seiring perkembangan teknologi yang cepat.
Dekan FTMD ITB, Prof. Tata Cipta Dirgantara, mengungkapkan bahwa disrupsi teknologi akan mengubah wajah industri transportasi udara di masa depan. “Kita menghadapi tantangan besar dalam disrupsi teknologi digital dan energi baru. Sistem manajemen lalu lintas udara berbasis digital dan otomatisasi penerbangan akan menjadi fokus utama pengembangan industri dalam beberapa tahun ke depan,” ujar Prof. Tata. Teknologi ini diperkirakan akan meningkatkan efisiensi operasional sekaligus keselamatan penerbangan, namun menuntut penyesuaian besar dari pelaku industri.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, Prof. Tata menekankan pentingnya kesiapan sumber daya manusia (SDM). FTMD ITB sendiri telah bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan dan universitas terkemuka di Prancis dalam program kerjasama master double degree, yang bertujuan mencetak ahli di bidang teknologi penerbangan. “Teknologi canggih tidak akan berguna tanpa adanya tenaga ahli yang mampu mengoperasikannya,” tegas Prof. Tata.
Ia optimis bahwa melalui sinergi antara akademisi, industri, dan pemerintah, Indonesia mampu bersaing di kancah global. “Tantangan digitalisasi dan energi terbarukan memang memerlukan investasi besar, tetapi dengan perencanaan yang matang, kita bisa mengatasi hambatan ini dan membawa sektor transportasi udara Indonesia menuju masa depan yang lebih maju.” tutupnya.
Seminar ini menegaskan bahwa kerja sama antara pemerintah, akademisi, dan industri akan menjadi kunci dalam menghadapi disrupsi teknologi dan meningkatkan daya saing Indonesia di sektor transportasi udara global.