Zagy Berian, Alumni FTMD ITB Jadi Penasihat Muda PBB: Dorong Generasi Z Kuasai Green Jobs untuk Indonesia Emas 2025
Bandung – Alumni Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) Institut Teknologi Bandung (ITB), Zagy Berian, menorehkan prestasi membanggakan di kancah internasional. Lulus pada 2020, ia kini dipercaya sebagai Penasihat Muda Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Perubahan Iklim. Dalam Studium Generale ITB, Rabu (10/9/2025), Zagy tampil sebagai pembicara dengan topik green jobs atau pekerjaan ramah lingkungan sebagai masa depan karier. Ia menegaskan, penguasaan keterampilan hijau menjadi kunci bagi Indonesia menuju Indonesia Emas 2025.
Perjalanan karier Zagy mencerminkan dedikasi seorang lulusan ITB yang mampu membawa semangat inovasi, keilmuan, dan kepemimpinan hingga ke forum global. Dengan bekal akademik serta pengalaman lintas bidang, Zagy berperan dalam memberikan perspektif baru terhadap isu-isu strategis yang tengah dihadapi dunia.
Kehadirannya di PBB memperkuat kontribusi generasi muda Indonesia dalam diplomasi internasional dan pembangunan berkelanjutan. Sebagai Penasihat Muda, Zagy turut serta merumuskan gagasan yang relevan dengan tantangan global, mulai dari perdamaian, iklim, hingga transformasi digital. Kiprah ini menjadi bukti nyata bahwa lulusan perguruan tinggi Indonesia dapat berkiprah di level tertinggi tata kelola dunia.
Dalam paparannya, Zagy menyoroti perubahan fundamental dalam lanskap ketenagakerjaan yang didorong oleh preferensi Generasi Z. Menurutnya, Gen Z tidak hanya mengubah pola konsumsi tetapi juga ekspektasi terhadap dunia kerja.
“Preferensi Gen Z terhadap produk digital, berkelanjutan, dan personal, ditambah kecenderungan mereka dalam menilai perusahaan berdasarkan dampak sosial serta lingkungannya, secara fundamental telah mengubah pasar dan produktivitas ekonomi,” katanya.
Perubahan ini sejalan dengan tren data. Berdasarkan data World Economic Forum, pekerjaan administratif akibat otomasi dan digitalisasi menurun tajam, sementara itu terjadi lonjakan permintaan untuk talenta di bidang teknologi dan keberlanjutan seperti insinyur energi terbarukan, spesialisasi lingkungan, dan spesialisasi big data.
“Dengan meningkatnya kebutuhan keterampilan green jobs, ditemukan juga kenaikan pada tingkat rekrutmen pelamar dengan green skills. Peningkatan ini sejalan dengan melonjaknya kebutuhan green skills dalam mendukung transisi ekonomi hijau,” ujarnya.
Menurut data World Economic Forum yang dipaparkannya, pekerjaan administratif kian tergerus otomatisasi dan digitalisasi. Sebaliknya, permintaan tenaga ahli di bidang teknologi dan keberlanjutan melonjak, seperti insinyur energi terbarukan, spesialis lingkungan, hingga pakar big data.
Zagy menilai peningkatan kebutuhan green skills atau keterampilan hijau menjadi sinyal penting bagi generasi muda. Keterampilan ini mencakup kemampuan memodifikasi proses kerja, produk, atau sistem agar ramah lingkungan. Ia memaparkan contoh sektor yang membutuhkan keahlian tersebut, antara lain:
-
Energi Terbarukan: Instalasi sistem penyimpanan energi dan pemrograman sistem inverter.
-
Perhutanan: Manajemen lanskap berbasis ekosistem dan pemantauan hutan dengan teknologi GIS.
-
Industri: Pemanfaatan IoT dan AI untuk optimalisasi produksi serta perawatan sistem energi terbarukan.
-
Transportasi Berkelanjutan: Pengelolaan sistem transportasi cerdas berbasis IoT dan big data analytics.
-
Sumber Daya Laut dan Pesisir: Perhitungan stok karbon pasir dan analisis nilai keekonomian ekosistem laut.
Lebih jauh, Zagy menekankan pentingnya Sustainability Leadership, kemampuan kepemimpinan yang menopang keterampilan teknis hijau. Ia menyebut 10 fokus keahlian, mulai dari menghitung dampak emisi dan strategi dekarbonisasi, hingga menganalisis model bisnis berkelanjutan dan mengomunikasikan data ilmiah.
Kehadiran Zagy di PBB menjadi bukti kontribusi generasi muda Indonesia dalam diplomasi internasional dan pembangunan berkelanjutan. Pesan yang ia sampaikan menjadi dorongan bagi sivitas akademika ITB untuk mengasah green skills sekaligus kepemimpinan berkelanjutan, agar mampu bersaing di tingkat global dan mendukung transisi menuju ekonomi hijau.