Reuni Akbar Teknik Mesin ITB, bukti Solidarity Forever bukan sebatas slogan
Jakarta – Alumni Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) Institut Teknologi Bandung (ITB) lintas angkatan menggelar Reuni Akbar Teknik Mesin ITB di Gedung Kementerian Perindustrian RI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Sabtu (13/9/2025). Acara besar ini menjadi ajang silaturahmi sekaligus pembuktian kekompakan alumni setelah sepuluh tahun vakum akibat pandemi Covid-19.
Ketua umum Ikatan Alumni Mesin (IAM ITB) sekaligus alumni Teknik Mesin ITB 1998, Rilly Christian Hutabarat, menegaskan bahwa reuni ini bukan sekadar temu rindu, melainkan wujud kebersamaan untuk mendukung almamater. “Sebagai organisasi alumni, pertemuan seperti ini sangat diperlukan. Rentang usia kami sudah jauh berbeda, sehingga kegiatan semacam ini penting untuk menyatukan kembali seluruh generasi,” ujarnya.
Rilly menambahkan, banyak alumni Teknik Mesin yang kini memegang peran strategis di pemerintahan maupun industri nasional. Karena itu, reuni diharapkan dapat mendorong dan memberikan dukungan kepada generasi yang saat ini berada di garda terdepan pembangunan. “Acara ini bukan hanya sekadar kumpul. Antaralumni bisa saling bertukar dan menimba pengalaman dari senior yang telah lama terlibat membangun negeri,” katanya.
Ia juga menuturkan pesan dari senior tertua mereka. “Senior kami, Pak Muslimin Nasution, yang kini berusia 90 tahun, berpesan: alumni mesin itu harus ada di jantung pembangunan negara, harus berkontribusi di situ. Semoga kita semua bisa mewujudkan hal itu,” ujar Rilly.
Sejumlah figur penting hadir dalam reuni ini, di antaranya Dr. Ir. Muslimin Nasution (Menteri Kehutanan dan Perkebunan 1998–1999 era Presiden B.J. Habibie), Ir. Budhi Muliawan Suyitno, M.Sc. (Menteri Perhubungan 2001 era Presiden Abdurrahman Wahid), Ir. Jero Wacik, SE (Menteri Kebudayaan dan Pariwisata 2004–2011 serta Menteri ESDM 2011–2014 era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono), dan Ir. Susilo Siswoutomo, M.Sc. (Wakil Menteri ESDM 2013–2014 era Presiden SBY). Hadir pula jajaran pimpinan BUMN seperti Hamdani Dzulkarnaen Salim (Direktur Astra Internasional Tbk), Taufik Adityawarman (Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional), serta Qomaruzzaman (Direktur PT Pupuk Kalimantan Timur).
Dekan FTMD ITB, Prof. Dr. Ir. Hermawan Judawisastra, M.Eng., yang juga alumni Teknik Mesin angkatan 1988, menekankan bahwa kekompakan alumni merupakan modal besar untuk kemajuan fakultas. “Reuni ini sangat penting karena mendukung tiga pilar program FTMD: pendidikan unggul, riset dan inovasi, serta layanan kepakaran. Kolaborasi dengan alumni memperkuat riset dan pengembangan inovasi yang relevan,” jelasnya.
Prof. Hermawan juga menyoroti rentang generasi para peserta reuni. “Alumni yang hadir berasal dari angkatan 1956 hingga mahasiswa angkatan 2023. Ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan keluarga besar Teknik Mesin,” ujarnya. Kehadiran generasi termuda, diharapkan memberi mereka kesempatan untuk merasakan semangat solidaritas antargenerasi yang kemudian akan mereka lanjutkan bersama para alumni muda di masa depan. Mereka juga diharapkan dapat memanfaatkan momen ini untuk memperluas jejaring profesional, serta membangun relasi dengan para senior lintas angkatan yang dapat menjadi inspirasi dan membuka peluang dalam meniti karier.
Ia menambahkan, kontribusi alumni terhadap kemajuan dan pembangunan FTMD ITB tidak perlu diragukan lagi. “Alumni Teknik Mesin sudah terkenal kekompakannya dengan jargon solidarity forever, yang berarti ‘solidaritas tanpa batas’. Semangat inilah yang membuat kami terus kompak dan mampu menjaga berbagai kegiatan serta pengembangan di fakultas ini,” tutur Prof. Hermawan.
Reuni ini sekaligus menegaskan kekuatan solidaritas alumni FTMD ITB yang tidak hanya berkumpul, tetapi juga memberikan kontribusi nyata. Para alumni aktif mendukung penyediaan beasiswa bagi mahasiswa berprestasi serta menyalurkan donasi besar untuk pembangunan fasilitas kampus.
Salah satu bukti konkret adalah pembangunan Teras FTMD, ruang kolaborasi ikonik yang menelan biaya Rp7 miliar. “Berkat dukungan alumni, kami berhasil mewujudkan Teras FTMD. Saat itu kami membutuhkan dana Rp7 miliar, dan seluruhnya didukung oleh para alumni. Kini bangunan ikonik ini menjadi pusat kolaborasi, bukan hanya untuk FTMD, tetapi juga fakultas-fakultas lain yang kerap berkunjung,” tukasnya.