Bandung – Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB mengadakan webinar bertajuk Dialog Seni dan Teknologi pada Rabu (18/01/2023). Pada Webinar kali ini, FSRD ITB mengundang narasumber Prof. Tatacipta Dirgantara, Dekan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB, dipandu dengan penanggap Achmad Syarief, MSD., Ph.D. Webinar ini dilaksanakan secara bauran, disiarkan langsung dari Design Centre FSRD ITB melalui APK Zoom dan Youtube LPPM ITB. 

Dialog seni dan teknologi ini menunjukan pentingnya kolaborasi seni dan teknologi dalam proses perancangan produk rekayasa. Kolaborasi tersebut ditujukan untuk melihat keberhasilan produk akan tujuannya. Interaksi dan pendekatan multidisiplin yang terjadi dapat membantu perancang untuk memastikan produk tersebut berfungsi dengan baik.  

Forum ini membahas mengenai keterkaitan desain rekayasa dengan desain produk industri. Dimana desain rekayasa merupakan disiplin ilmu di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) dan desain produk industri merupakan disiplin ilmu di Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD). Keduanya memiliki persamaan yaitu sama-sama merancang sebuah benda. Sedangkan perbedaanya terletak pada sudut pandang dan penekannya; tampilan  atau fungsi kerja. 

Desain industri bertujuan untuk meningkatkan estetika dan kegunaan produk berdasarkan prinsip-prinsip seni dan produksi. Sedangkan desain rekayasa bertujuan untuk menciptakan produk definitif yang memenuhi spesifikasi teknis serta persyaratan pengguna. 

Dalam pemaparannya, Prof. Tatacipta menyebutkan bahwa kolaborasi antara desain rekayasa dengan desain produk industri dapat menghasilkan produk yang indah dipandang mata namun juga memenuhi kualifikasi dan spesifikasi dari pengguna.  

Salah satu contoh perancangan produk rekayasa yang merupakan hasil interaksi dan pendekatan multidisiplin adalah kaki palsu tiruan. Pada awal mula perancangan, produk ini dibuat untuk mendukung disabilitas untuk dapat beraktivitas seperti sedia kala. Prof. Tatacipta menyebutkan bahwa para perancang (mahasiswa teknik mesin) hanya berfokus pada mekanisme dan kinestetik dari kaki palsu tersebut. Hingga pada akhirnya, Rahma Ari Fauziah, mahasiswa Program Sarjana Desain Produk FSRD angkatan 2010, bergabung kedalam tim penelitian dan perancangan tersebut (Tim Biomekanik) untuk terlibat dalam perancangan kaki palsu tersebut. 

Disebutkan bahwa Rahma melakukan hal yang tidak biasa anak teknik lakukan yaitu melakukan pendekatan terhadap pengguna kaki palsu melalui wawancara dan observasi. Pendekatan tersebut menghasilkan interaksi antara pengguna dan produk yang dikembangkan. Sehingga dapat dihasilkan kaki palsu yang sesuai dengan kebutuhan dan budaya pengguna.  

Rahma juga melihat kebutuhan terkait penutup kaki palsu (above knee prosthetic fairing) yang kemudian menjadi trend fashion untuk penggunanya. Tentunya hal ini tidak pernah terpikirkan oleh para anak teknik. 

Setelah perjalanan panjang, hasil dari multidisiplin ini adalah kaki palsu yang bisa digunakan untuk sholat, bersila, dan gerakan lainnya. Kini produk tersebut sudah mendapatkan paten pada tahun 2020 dan dapat dirasakan manfaatnya oleh para difabel.  

“Mudah-mudahan (forum) ini adalah pembuka pintu interaksi yang lebih intensif terkait dengan kegiatan desain dan terutama interaksi multidisiplin yang sekarang harusnya tambah gencar” Jelas Prof. Tatacipta dalam pemaparannya.