Bandung — Inovasi berbasis kekayaan alam Indonesia kembali muncul dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (FTMD ITB). Dr. Ekavianty Prajatelistia, peneliti dari Kelompok Keahlian Ilmu dan Teknik Material, memimpin sebuah riset inovatif yang berfokus pada pengembangan membran guided bone regeneration (GBR) untuk pengobatan penyakit periodontal. Berbekal bahan alami yang bersumber dari cangkang udang dan kepiting, penelitian ini menandai langkah besar dalam pemanfaatan sumber daya lokal untuk aplikasi medis.

Penyakit periodontal, yang menyerang jaringan penyangga gigi seperti gusi dan tulang rahang, merupakan masalah kesehatan gigi yang serius di Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, lebih dari 74% penduduk usia 15 tahun ke atas di Indonesia menderita penyakit ini. Penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan gigi permanen dan berdampak besar pada fungsi mengunyah serta kualitas hidup seseorang. Untuk menanggulangi kondisi ini, pendekatan konservatif seperti penggunaan teknologi GBR kian banyak digunakan karena mampu meregenerasi jaringan tulang gigi yang rusak.

Teknologi GBR bekerja dengan cara menempatkan membran sebagai penghalang di area kerusakan tulang guna mencegah masuknya sel-sel non-pembentuk tulang seperti fibroblas dan sel epitel. Namun, tantangan utama dalam penggunaan membran jenis ini terletak pada kombinasi antara kekuatan mekanik dan kompatibilitas biologis, terutama untuk membran yang dapat diserap tubuh (resorbable), yang umumnya lemah secara struktural.

Berangkat dari tantangan ini, Dr. Ekavianty bersama timnya mengembangkan membran GBR bertipe Janus yang terbuat dari kitin, salah satu material yang berasal dari organisme bercangkang keras seperti udang dan kepiting. Inovasi membran GBR ini memiliki dua sisi dengan fungsi berbeda namun saling melengkapi. Satu sisi membran terbuat dari nanofiber kitin yang mendukung pertumbuhan osteoblas, sel pembentuk tulang. Sisi lainnya dilapisi dengan polimer antifouling yang mengandung phosphoryl choline (PMT), yang meniru karakteristik membran sel untuk mencegah penempelan sel tidak diinginkan.

Hasil uji biologis menunjukkan bahwa sisi kitin efektif mendorong regenerasi tulang, sementara sisi PMT mampu menghalangi invasi sel fibroblas dan mempercepat proses penyembuhan luka. Pendekatan dua fungsi ini menjadikan membran karya peneliti ITB tersebut unggul dibandingkan membran GBR yang banyak digunakan saat ini.

Lebih dari sekadar pencapaian ilmiah, penelitian ini menunjukkan potensi besar dari limbah laut Indonesia. Kitin, sebagai polimer alami kedua terbanyak setelah selulosa, memiliki karakteristik struktur mikro yang menyerupai jaringan tulang, menjadikannya sangat ideal untuk aplikasi regeneratif. Sayangnya, selama ini kitin masih jarang dimanfaatkan secara optimal karena proses ekstraksinya yang kompleks.

Penelitian ini didukung oleh National Research Foundation of Korea (NRF-2020M3H4A1A03082879) serta pemerintah Indonesia melalui program World Class University – ITB. Inovasi ini juga telah mendapat paten resmi dengan nomor IDS000004144, memperkuat posisinya sebagai teknologi medis yang menjanjikan.

Dengan potensi aplikatif yang luas, mulai dari kedokteran gigi hingga ortopedi, serta sumber daya bahan baku yang melimpah di pesisir Indonesia, membran GBR berbasis kitin ini diharapkan dapat menjadi pionir dalam pengembangan industri kesehatan berbasis biomaterial lokal.