Dua mahasiswa berprestasi dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) Institut Teknologi Bandung (ITB), Rafael Kusumo Satria Aji dan Dhiwa Hafizh Wirianputra, berhasil menorehkan prestasi luar biasa dengan meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna 4.00 pada masa Tahapan Persiapan Bersama (TPB). Keberhasilan ini bukanlah sesuatu yang datang dengan mudah, melainkan buah dari strategi belajar yang terarah, disiplin tinggi, serta dukungan lingkungan yang positif.

Dalam wawancara mendalam bersama tim media FTMD ITB, Rafael, lulusan SMA Negeri 3 Yogyakarta, mengungkapkan sejumlah hal penting untuk melewati masa TPB yang sering kali dianggap menakutkan, memberatkan, bahkan penuh tekanan bagi mahasiswa baru ITB. Menurutnya, kunci utama kesuksesan adalah persiapan matang. Ia terbiasa mempelajari materi terlebih dahulu sebelum diterangkan di kelas. Dengan begitu, ia tidak hanya menghafal rumus, melainkan memahami bagaimana sebuah konsep bekerja secara mendasar.

Selain itu, Rafael menekankan pentingnya inisiatif dan semangat kuat untuk belajar ulang. Namun, ia tidak selalu melakukannya sendiri. Ia sering memilih belajar bersama teman-temannya. Bagi Rafael, belajar kelompok sangat efektif karena bisa saling mengoreksi dan memperdalam pemahaman konsep.

Menjadi mahasiswa TPB, menurut Rafael, sebenarnya tidak semenakutkan yang dibayangkan banyak orang. Ia merasa keberhasilannya juga bisa diraih mahasiswa baru lainnya jika memiliki support system yang kuat. Lingkungan pertemanan yang positif, dengan motivasi dan semangat belajar tinggi, membuatnya bisa saling bahu-membahu dengan teman ketika rasa malas atau kesulitan datang. Dukungan kakak tingkat juga menjadi faktor penting. Mereka memberikan banyak latihan soal sehingga mahasiswa lebih siap menghadapi kuis, UTS, maupun UAS. Namun demikian, Rafael mengingatkan bahwa semua keistimewaan ini tidak akan berarti jika seseorang tidak memiliki inisiatif dan disiplin diri.

“Dari awal, temukan lingkungan pertemanan yang positif karena itu akan mempengaruhi pola pikir, semangat belajar, bahkan cara kita menyikapi tantangan. Kalau lingkungannya mendukung, kita akan lebih termotivasi untuk konsisten dan tidak mudah menyerah,” tegas Rafael.

Sementara itu, Dhiwa Hafizh Wirianputra, lulusan SMAN 4 Denpasar, juga berbagi strategi belajarnya yang efektif. Menurut Dhiwa, mengikuti kelas dengan serius dan tidak takut bertanya jika ada hal yang belum dipahami merupakan kunci penting. Ia juga menekankan inisiatif mencari referensi tambahan di luar materi kuliah.

Selain itu, Dhiwa mengaku banyak terbantu dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, seperti kumpulan latihan soal dari kakak tingkat, untuk berlatih di luar jam kuliah. Ia juga rutin belajar bersama teman-teman, yang menurutnya sangat membantu dalam memperdalam dan menguasai materi.

Momen paling menegangkan bagi mahasiswa TPB, menurut Dhiwa, adalah ketika menghadapi kuis, UTS, atau UAS. Ia menekankan pentingnya doa dan restu orang tua setelah melakukan persiapan matang. Bagi Dhiwa, doa orang tua merupakan kunci keberhasilan yang tak kalah penting dari usaha belajar dan ikhtiar pribadi.

Namun, perjalanan tidak selalu mulus. Dhiwa juga pernah merasakan kegagalan ketika mendapat nilai kuis yang tidak memuaskan. Alih-alih patah semangat, ia menjadikan pengalaman itu sebagai bahan refleksi. Ia mengevaluasi cara belajar, mengidentifikasi bagian yang tidak dipahami, dan tidak segan meminta masukan dari orang tua maupun teman dekat. Konsultasi dengan teman melalui peer review membuatnya semakin termotivasi untuk bangkit.

Peer review itu ngebantu banget untuk melihat hal-hal yang perlu dievaluasi atau ditingkatkan, tapi kita nggak bisa lihat itu sendiri, istilahnya blind spot. Dari teman kita bisa dapat perspektif baru yang sering kali lebih objektif,” jelas Dhiwa.

Dhiwa kemudian memberikan tips bagi mahasiswa baru yang sedang menjalani masa TPB. Ia menekankan pentingnya mencari lingkungan yang suportif dan tetap bersosialisasi. Menurutnya, dari lingkungan yang positif, mahasiswa bisa mendapatkan banyak manfaat, mulai dari teman belajar bersama, peer-review, hingga akses latihan soal lintas angkatan. Semua itu akan membentuk ekosistem belajar yang sehat dan produktif.

Kisah Rafael dan Dhiwa membuktikan bahwa IPK sempurna bukanlah sesuatu yang mustahil diraih. Dengan persiapan matang, disiplin diri, keberanian untuk terbuka, serta dukungan lingkungan dan doa orang tua, setiap mahasiswa bisa melewati TPB yang menantang dengan hasil gemilang.