BANDUNG – Prof. Dr. Ir. Hermawan Judawisastra, M.Eng., dari Kelompok Keahlian (KK) Ilmu dan Teknik Material, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB, menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Rekayasa Material Komposit Polimer: dari Riset Fundamental menuju Solusi Industri yang Berkelanjutan” di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Sabtu (23/8/2025).

Dalam orasi ilmiahnya, Prof. Hermawan yang saat ini menjabat sebagai Dekan FTMD ITB menekankan pentingnya pengembangan material komposit polimer sebagai salah satu jawaban atas tantangan besar abad ini, yaitu pemanasan global dan kebutuhan efisiensi energi. Menurutnya, fase penggunaan produk merupakan salah satu tahapan yang paling banyak mengonsumsi energi, sehingga pengembangan material yang ringan namun tetap kuat menjadi kunci untuk menekan konsumsi energi dan mengurangi emisi karbon, salah satunya di bidang transportasi.

“Semakin berat kendaraan, semakin boros bahan bakar dan otomatis emisinya semakin tinggi. Di sinilah material ringan tapi tetap kuat menjadi kunci penghematan energi dan penekanan emisi karbon,” ujarnya. Ia menjelaskan bahwa komposit polimer, khususnya Fiber-Reinforced Plastics (FRP), memiliki keunggulan signifikan dibanding baja. Material ini tidak hanya lebih ringan dan kuat, tetapi juga tahan terhadap korosi sehingga ideal digunakan dalam otomotif, pesawat terbang, infrastruktur, hingga konstruksi modern.

Sejak 2002 hingga 2022, Prof. Hermawan telah membimbing dan meluluskan 110 sarjana, 35 magister, serta 12 doktor, dengan fokus penelitian pada material komposit, material komposit hayati, dan material hayati. Dari perjalanan riset tersebut, lahir berbagai inovasi seperti komposit berlapis untuk bilah turbin angin yang memerlukan material panjang, ringan, dan kuat agar efisien menangkap energi. Inovasi lain adalah functional integrated structural battery, material struktural yang juga mampu menyimpan energi layaknya baterai sehingga dapat mengurangi bobot kendaraan dan meningkatkan efisiensi.

Selain itu, melalui kerja sama dengan PT INKA, timnya berhasil mengembangkan komposit sandwich 3D untuk panel lantai kereta ringan. Material tersebut tidak hanya ringan dan kaku, tetapi juga tahan api, tahan delaminasi, serta tahan benturan sehingga siap diaplikasikan pada transportasi modern dengan performa dan keamanan yang tinggi.

Prof. Hermawan juga menyoroti riset biokomposit yang memanfaatkan berbagai jenis serat hayati seperti nanas, kelapa, kayu, bambu, hingga bengkuang sebagai alternatif ramah lingkungan. Namun, pengembangannya masih menghadapi tantangan karena sifat mekanik yang bervariasi dan kecenderungan mudah menyerap air. “Masalah degradasi ikatan antarmuka antara serat dan matriks adalah sesuatu yang sangat penting. Karena itu, kami melakukan banyak riset dengan fokus pada modifikasi interface serat agar kinerja biokomposit dapat ditingkatkan,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pendekatan simulasi dan kecerdasan buatan (AI) kini dimanfaatkan untuk mempercepat prediksi sifat material komposit. Metode ini memungkinkan evaluasi desain dilakukan lebih cepat dan efisien dibandingkan simulasi konvensional, sehingga membuka peluang besar untuk mempercepat adopsi material komposit dalam skala industri. Tidak hanya berhenti pada riset fundamental, pemahaman tentang material komposit juga membawa kontribusi nyata di industri melalui rekayasa kegagalan, evaluasi produk, penilaian umur pakai, hingga pedoman penggunaan produk berbasis komposit.

Menutup orasi ilmiahnya, Prof. Hermawan menegaskan bahwa pengembangan material komposit di masa depan tidak bisa dilakukan secara parsial. “Dibutuhkan sinergi akademisi, industri, dan pemerintah untuk menciptakan ekosistem riset, inovasi, dan produksi yang mandiri serta berdaya saing,” tandasnya.