Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar Kuliah Umum KU-4078 Studium Generale pada Rabu (1/10/2025) di Aula Barat, Kampus Ganesa. Acara ini menghadirkan Nyoman Anjani, ST., M.S., Co-Founder sekaligus CEO Gently, alumni ITB dan Massachusetts Institute of Technology (MIT), sebagai pembicara dengan tema “Entrepreneurship dan Membangun Industri Berdaya Saing di Indonesia.”

Dalam sesi tersebut, Nyoman Anjani membagikan perjalanan kariernya sejak menjadi mahasiswa Teknik Mesin ITB yang aktif berorganisasi hingga mendirikan Gently Indonesia pada tahun 2022. Setelah lulus dari ITB pada tahun 2014, Nyoman diterima bekerja di salah satu perusahaan besar di Indonesia. Selama lima tahun berkarier, ia menempati berbagai posisi strategis mulai dari bidang manufacturing hingga supply chain.

“Di tahun ketiga saya bekerja, saya merasa perlu melanjutkan pendidikan S2 untuk meningkatkan kemampuan dan karier saya. Saya berpikir, kalau lanjut kuliah harus di sekolah terbaik di dunia. Akhirnya saya memutuskan untuk ke Amerika,” ungkapnya.

Untuk mewujudkan impian tersebut, Nyoman mendaftar beasiswa LPDP sambil tetap bekerja. Ia menuturkan bahwa proses persiapan dilakukan di sela-sela kesibukan, “Saya belajar di malam hari setelah pulang kerja dan subuh sebelum berangkat kerja untuk persiapan,” jelasnya.

Upaya pertamanya pada tahun 2018 belum berhasil karena skor bahasa Inggris yang belum memenuhi syarat. Namun, ia tidak menyerah. Di tahun berikutnya, ia mencoba kembali dan akhirnya berhasil diterima di Massachusetts Institute of Technology (MIT), salah satu universitas terbaik di dunia, untuk program Master of Science in Engineering and Management.

Selama masa studinya di MIT, Nyoman mulai menemukan ide bisnis yang kelak menjadi fondasi berdirinya Gently. Saat itu, ia sedang menanti kelahiran anak pertamanya. Dari pengalaman pribadi, ia menyadari sulitnya menemukan produk perawatan bayi dan anak yang berkualitas tinggi, aman, dan terjangkau.

“Produk-produk perawatan bayi banyak yang premium dari luar negeri dengan harga tinggi, sementara brand lokal yang murah belum maksimal memberikan khasiat. Dari situ saya melihat ada gap dan peluang. Saya menggunakan pengalaman kerja dan jaringan pabrik yang saya kenal saat mengerjakan master thesis untuk membangun brand sendiri. Akhirnya lahirlah Gently Indonesia,” jelas Nyoman.

Perjalanan membangun Gently tidak mudah. Ia membutuhkan waktu panjang untuk melakukan research and development (R&D), mencari pabrik dan supplier, serta memenuhi berbagai persyaratan produksi. Setelah melalui proses panjang, produk pertama Gently resmi diluncurkan pada April 2022.

“Cukup panjang prosesnya sampai akhirnya launching di April 2022,” kenang Nyoman. Setelah anaknya lahir, ia justru semakin termotivasi untuk mengembangkan bisnisnya, apalagi kini sang suami juga turut mendukung penuh usahanya.

Nyoman menjelaskan, Gently Indonesia merupakan “Indonesia’s first health-conscious direct-to-consumer brand for mom and baby care.” Produk-produknya tidak hanya natural dan aman, tetapi juga memiliki health benefit nyata bagi penggunanya. Saat ini, Gently telah memiliki 8 orang karyawan yang membantu operasional harian.

Meski berlatar belakang teknik mesin, Nyoman merasa ilmu yang diperoleh di bangku kuliah sangat berguna dalam bisnis. Kemampuan berpikir logis dan pemahaman proses produksi menjadi bekal penting dalam mengembangkan usaha. Namun, ia mengakui masih terus belajar di bidang marketing, talent management, dan distribusi sebagai tantangan utama dalam ekspansi bisnis.

Gently memulai perjalanannya dengan modal pribadi sebesar Rp200 juta (bootstrapping), sebelum berkembang menjadi perusahaan dengan omzet mencapai ratusan miliar rupiah. Kini, Gently memiliki laboratorium R&D internal untuk mengembangkan formulasi produk sendiri, memberi keunggulan kompetitif di industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG).

Selain membagikan kisah sukses bisnisnya, Nyoman juga menekankan pentingnya keseimbangan antara hard skill dan soft skill. Menurutnya, hard skill diperoleh dari perkuliahan, sementara soft skill seperti kepemimpinan, komunikasi, dan manajemen tim diasah melalui kegiatan organisasi. Kolaborasi lintas disiplin antara teknik, bisnis, dan desain disebutnya sebagai kunci sukses startup dalam menghadirkan inovasi dan strategi pemasaran efektif.

Acara Studium Generale ini juga diisi dengan sesi tanya jawab interaktif, membahas berbagai topik seperti pengelolaan risiko, strategi pemasaran digital, hingga tantangan scaling up bisnis. Nyoman menyoroti pentingnya strategi digital seperti e-commerce, live streaming, dan user-generated content untuk memperluas jangkauan pasar.

Melalui kuliah umumnya, Nyoman menyampaikan pesan bahwa keberhasilan membangun bisnis tidak lepas dari pendidikan, pengalaman kerja, keberanian mengambil risiko, dan visi jangka panjang. Ia berpesan kepada mahasiswa ITB untuk memanfaatkan setiap kesempatan belajar dan berorganisasi, serta menanamkan visi besar untuk berkontribusi pada kemajuan bangsa melalui dunia wirausaha.