Cerita Darryl Jelajahi Negeri Kincir Angin Lewat Program IISMA
Bandung – Darryl Khalid Aulia, akrab dipanggil “Darryl” merupakan mahasiswa Kelas Internasional Program Studi Sarjana Teknik Dirgantara FTMD ITB. Pada tahun 2021, Ia berkesempatan meraih mimpinya untuk studi di luar negeri melalui Program Beasiswa IISMA. Tidak semudah mengembalikan telapak tangan, perjuangan Darryl menjadi penerima Beasiswa IISMA tentunya menuai perjalanan yang panjang.
Awal dari perjuangan
Sejak pertama kali masuk ITB, Darryl sudah membulatkan tekad untuk berkesempatan studi ke luar negeri. Tekad ini yang menjadi alasan Darry untuk mengambil Kelas Internasional. Sayangnya, sepanjang masa perkuliahan berjalan, Pandemi COVID-19 tiba-tiba melanda seluruh dunia menyebabkan beberapa program studi keluar negeri ditutup untuk alasan kesehatan. Meski sempat pesimis, Darryl terus mencari peluang untuk mewujudkan mimpinya itu.
Bagai diterpa udara segar, awal pertengahan 2021 sudah banyak program studi ke luar negeri yang di buka. Menyambut baik kesempatan ini, Darryl mencoba mendaftar program SEA (Semester Exchange Abroad), salah satu program pertukaran pelajar yang difasilitasi oleh ITB, dengan kampus tujuan Delft University of Technology (TU Delft). Karena kondisi COVID-19 di negara Asia waktu itu belum bisa dikendalikan dengan baik, kampus tujuan Darryl menutup programnya untuk beberapa negara Asia, salah satunya Indonesia. Hal ini tentunya menggugurkan mimpi Darryl.
Tidak berputus asa, Darryl terus mencari informasi mengenai program studi ke luar negeri ataupun program pertukaran pelajar. IISMA (Indonesian International Student Mobility Awards) merupakan program terbaru terobosan dari Kemendikbud Ristek untuk memfasilitasi mahasiswa pada tingkat sarjana berkuliah di luar negeri selama satu semester secara gratis. Tidak perlu berfikir panjang, Darryl mengambil kesempatan emas tersebut mengingat semester berikutnya ia sudah memasuki tingkat akhir dan akan fokus untuk menyelesaikan tugas akhir.
Setelah melengkapi seluruh persyaratan, mulai dari mengisi form, menulis esai, sampai melaksanakan wawancara. Kali ini, usaha Darryl tidak sia-sia. Ia berhasil menjadi penerima beasiswa IISMA dengan kampus tujuan Vrije Universiteit Amsterdam, dengan program studi yaitu Ekonomi Bisnis (School of business and economics). Fokusan mata kuliah ini adalah keberlanjutan atas sebuah bisnis.
“Saya sebenarnya dilempar dari kampus tujuan awal, yaitu Penn State University di Pennsylvania. VU (Vrije Universiteit) Amsterdam sebenarnya pilihan kedua, tetapi saya tetap lanjut untuk ikut program ini karena mata kuliah yang ditawarkan cukup menarik. Selain itu juga, takut semester depan ga ada kesempatan yang sama” jelas Darryl.
Perjalanan dimulai
Darryl menginformasikan bahwa Program IISMA benar-benar mewujudkan mimpinya jadi kenyataan. Ditambah Program IISMA sendiri menanggung beberapa biaya seperti transportasi, biaya kuliah, biaya hidup, asuransi kesehatan, visa, dan lain-lain. Bersama penerima Beasiswa IISMA lainya, Darryl menempati sebuah apartemen yang berisikan mahasiswa internasional di VU Amsterdam.
Darryl mengakui bahwa bahasa tidak menjadi kendala untuk berada di Amsterdam. Bahasa Inggris sendiri sudah menjadi bahasa kedua, sehingga ia tidak kesulitan untuk berkomunikasi terkait kegiatan sehari-hari dengan masyarakat disini.
Beberapa kesulitan yang Darryl alami selama di Negeri Kincir Angin ini adalah mata kuliah yang berbeda dari mata kuliah teknik yang diampu di ITB, Perbedaan yang cukup signifikan ini membuat Darryl harus bekerja dua kali lebih keras. Untungnya, VU Amsterdam sudah mengirim bahan perkuliahan sebelum kelas dimulai. Ini memudahkan Darryl untuk melakukan persiapan seperti membaca buku, paper, jurnal dan lainya. Kemudian ketika kelas dimulai dia bisa bertanya dan berdiskusi mengenai materi yang masih belum dipahami.
Kesulitan lainya yang sekaligus menjadi tantangan sendiri untuk Darryl adalah belajar untuk mengatur diri sendiri. Dimana ia bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Selain itu Darryl juga belajar mengenai pengelolaan uang yang baik.
Selain kegiatan akademik, Program IISMA juga memberikan memberikan semacam tugas kepada para awardee nya untuk menyelenggarakan semacam acara kebudayaan. CIRI adalah acara kebudayaan yang diselenggarakan oleh penerima beasiswa IISMA VU Amsterdam dengan mengambil tema “Sumpah Pemuda”. Selain mengenalkan Sumpah Pemuda, mereka juga mengadakan talkshow mengenai culture-shock, membahas perbedaan budaya Indonesia dengan Belanda.
Sepanjang acara, para penerima beasiswa IISMA mengenakan batik sebagai tujuan untuk mengenalkan budaya Indonesia yang lain. Selain itu pula, mereka menghidangkan makanan khas Indonesia untuk acara ramah-tamah. Hidangan tersebut memikat para masyarakat lokal yang datang. Hal ini juga mengobati masyarakat Diaspora Indonesia yang rindu akan kampung halamanya.
Melalui acara tersebut, mereka mengenalkan budaya Indonesia terkait Sumpah Pemuda itu sendiri dan juga batik. Mereka juga menyediakan makanan khas indonesia sebagai sarana ramah-tamah. Hal ini cukup memikat para masyarakat lokal yang datang.
“Mereka banyak memuji batik, mereka bilang it looks comfy, casual, yet formal.” Jelas Darryl.
Berkat Acara CIRI, mereka diundang untuk berkunjung ke kantor KBRI yang berlokasi di Den Hag. Disana mereka bertukar pendapat, berdiskusi, dan bertukar informasi mengenai banyak hal. Staff KBRI di Den Hag banyak memberikan inspirasi dan juga membagikan mimpi-mimpi mereka di Den Hag.
Darryl juga bergabung dengan mahasiswa internasional lainya yang juga sedang studi di VU Amsterdam. Setiap bulanya, mereka mengadakan perkumpulan (social gathering) dan juga mengunjungi tempat-tempat ikonik di Belanda bersama mahasiswa internasional lainya. Mereka mengunjungi museum-museum di Belanda mulai dari yang bersifat historis, sains, seni, dan militer. Darryl juga berkesempatan untuk mengunjungi museum aviasi terbesar di Belanda yaitu National Aviation Museum (Aviodrome).
Selain berkunjung ke museum, Darryl juga berkesempatan untuk mengunjungi beberapa negara tetangga. Sepanjang perjalanan, Darryl dibuat kagum oleh budaya masyarakat di Belanda dan negara lainnya di Eropa. Ia mengakui kemudahan menggunakan transportasi umum di negara Eropa dikarenakan seluruh transportasinya sudah terintergrasi dengan baik. Sehingga waktu kedatangan, waktu keberangkatan dapat dijadwalkan dengan baik tanpa membuang waktu.
TIPS Lolos IISMA
Darryl juga membagikan tips lolos seleksi Program IISMA. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan matang-matang. Pertama, Sertifikat Bahasa Inggris dengan skor yang dimaksimalkan. Uji test Bahasa Inggris yang bisa diambil yaitu IELTS, TOEFL, atau EPT. Pada setiap program studi ke luar negeri, sertifikat bahasa inggris tentunya menjadi hal utama penilaian. Kedua, IPK yang baik. Darryl mengakui bahwa alasan tertolaknya ia dari kampus tujuan pertama adalah IPK yang tidak memenuhi persyaratan. Ketiga, penulisan essay menggunakan gaya bahasa sendiri. Darryl mengingatkan bahwa dalam menulis essay penting untuk calon penerima beasiswa menulis dengan jujur dan tidak di buat-buat. Terakhir, persiapkan wawancara dengan baik.
“Program IISMA ini sangat berkesan sekali untuk saya. Untuk pertama kalinya saya keluar negeri tanpa orang tua dan juga fully funded. Adventure-nya lebih terasa karena seluruh tanggung jawab penuh ada ditangan saya. Sebagai mahasiswa yang punya banyak rasa ingin tahu, program ini mendukung saya untuk banyak belajar dan eksplorasi diri, mulai dari belajar masak, belajar mengatur uang dan lain-lainya, serta belajar menyelesaikan masalah secara sendiri.”