Bandung – Jumat (18/11/22), Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) telah sukses menyelenggarakan Forum Dialog Nasional yang ke-13 dengan mengangkat tema “Penerapan Teknologi Masa Depan dalam Pengembangan Industri Dirgantara Nasional”. Acara ini dilaksanakan secara bauran, yaitu secara luring di Ruang Kerja Bersama FTMD dan secara daring melalui APK Zoom. Acara ini dihadiri oleh empat panelis yang menjadi pembicara utama, para mahasiswa FTMD, para tamu undangan, serta para pemangku kepentingan lainya.

Forum Dialog Nusantara (FDN) merupakan forum kerjasama dialogis yang bermitra dengan berbagai kalangan dalam kegiatan diskusi maupun seminar untuk memberikan sumbangsih ide mengenai pembangunan bangsa dan negara. FDN memiliki visi dan misi untuk membangun bangsa dan negara dengan teknologi dan inovasi. 

Ketua Dekan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) yang sekaligus menjadi panelis dalam forum diskusi ini, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, dalam pidato singkatnya mengucapkan terima kasih atas kehormatan yang diberikan untuk FTMD sehingga dapat menjadi tuan rumah atas terselenggaranya FDN yang ke-13. Kesempatan ini tentunya kesempatan besar sekaligus langka, dimana banyak kalangan dari berbagai kepentingan hadir untuk berkumpul dan berdiskusi guna memajukan dunia kedirgantaraan di Indonesia. Beliau berharap forum diskusi ini bisa memantik kebijakan besar atau strategi besar nasional untuk membangun Indonesia.

Terlaksananya FDN di FTMD, membangunkan memori lama Bapak Ilham Habibie sewaktu menjadi dosen di Fakultas Teknik Industri (FTI) di Program Studi Teknik Dirgantara tepatnya mata kuliah Aerodinamika Kompresibel, 20 tahun lebih yang lalu. Pada saat itu, FTMD masih bergabung dengan FTI. Hal ini diungkapkan oleh beliau dalam sambutanya. 

Sesi diskusi dimulai dengan pemaparan Bapak Ilham Habibie mengenai rencana pengembangan pesawat R80 dan konsep pengembangan teknologi dirgantara yang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia. Dalam penjelasanya, beliau menyebutkan ada tiga keluarga teknologi yang penting untuk diperhatikan. Pertama adalah material, dimana sebisa mungkin material yang digunakan dalam sasis pesawat dapat diolah kembali ketika pesawat tersebut sudah tidak bisa diterbangi. Kedua yaitu penggunaan energi terbarukan sebagai bahan bakar. Kemudian yang terakhir adalah penerapan digitalisasi terhadap pengembangan teknologi terkini.

Dari sisi sektor Industri, panelis dari PT Dirgantara Indonesia (PT DI) juga menjelaskan peran PT DI sebagai ujung tombak industri dirgantara sebagai penyedia produk-produk transportasi udara yang dapat mendukung pertahanan Indonesia dan pesawat komersil yang cocok untuk kondisi Indonesia. Dalam diskusi ini juga dibicarakan bagaimana PT DI melihat dirinya sendiri dimasa depan terhadap perkembangan teknologi dirgantara.  Bapak Batara, perwakilan PT DI, menyebutkan bahwa PT DI melalui proyek N219 kedepannya akan masuk ke tahap komersialisasi dimana proyek ini mengasah kemampuan para insan dalam bidang dirgantara. Proyek N219 yang dijalankan untuk meregenerasi para insinyur yang punya pengalaman di industri dirgantara. Masyarakat Indonesia tentunya harus berbangga hati, karena proyek N219 ini dibangun dari nol di dalam negeri. 

Dalam diskusi ini, Bapak Robertus Heru Triharjanto yang mewakili Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN mengungkapkan BRIN akan menyatukan empat Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) dan sekitar 30 perguruan tinggi untuk membentuk 12 organisasi riset penerbangan dan antariksa. Tugas dari organisasi ini adalah melakukan riset terkait kunci dari teknologi penerbangan dan antariksa yang disesuaikan dengan kebutuhan di Indonesia.  

Untuk mendukung pengembangan industri dirgantara di Indonesia, FTMD tentunya mempunyai peran terhadap regenerasi insinyur aviasi di Indonesia. Kurikulum dan sistem pembelajaran di FTMD dirancang untuk membekali para mahasiswa dapat beradaptasi terhadap perkembangan teknologi yang amat sangat cepat. Prof. Tata menyebutkan bahwa lulusan FTMD telah dibekali dengan ilmu-ilmu kerekayasaan yang kuat serta mengakar dan dilengkapi dengan learning experience yang tinggi, sehingga mereka sebagai seorang yang memiliki keilmuan tinggi bisa segera beradaptasi terhadap perubahan-perubahan baru. FTMD juga sudah mengawali sistem pembelajaran merdeka terpimpin sejak tahun 2000-an awal. Dimana mahasiswa mendapat pelajaran dari luar kelas yang mampu memberikan nilai tambah pada kemampuan mereka, seperti magang industri, mengikuti kompetisi internasional, dan mengikuti proyek-proyek riset independen.

Forum diskusi ini berjalan dengan lancar. Mahasiswa FTMD khususnya dari Program Studi Teknik Dirgantara juga turut aktif bertanya. Seluruh kalangan yang hadir, baik dari akademisi, industri, maupun pemerintah memiliki semangat bersama untuk berkolaborasi dan juga bersinergi untuk memajukan industri dirgantara di Indonesia. \