BANDUNG – Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali menggelar Wisuda Ketiga Tahun Akademik (TA) 2024/2025 pada Jumat hingga Minggu (29–31/8/2025) di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Jalan Tamansari, Bandung.

Pada periode ini, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB meluluskan sebanyak 91 wisudawan yang terdiri dari 70 lulusan program sarjana, 19 lulusan program magister, dan 2 lulusan program doktor.

Rektor ITB Tekankan Pentingnya Integritas

Dalam sambutannya, Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T. menyampaikan bahwa tujuan pendidikan bukan sekadar melahirkan orang pandai, melainkan membentuk manusia yang merdeka. Beliau menganalogikan ilmu pengetahuan sebagai pohon muda yang tumbuh kokoh, memberi teduh, oksigen, serta buah yang bermanfaat bagi kehidupan di sekitarnya.

Rektor pun mengingatkan pentingnya integritas dan karakter dalam mengiringi ilmu pengetahuan. Beliau mengutip pesan Bung Karno dan Mohammad Hatta bahwa pembangunan bangsa harus berlandaskan pembangunan karakter yang kuat. “Kejujuran dan integritas adalah fondasi agar ilmu dan kemampuan benar-benar bermakna. Indonesia menanti karya-karya terbaikmu,” ujarnya.

Prof. Tata berharap seluruh lulusan ITB terus berkontribusi bagi bangsa. “Bangsa ini akan besar, bermartabat, dan jaya jika dibangun di atas karakter yang kokoh dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujarnya.

Suara Wisudawan: Perjuangan Bukan Jalan Mudah

Sementara itu, sambutan perwakilan wisudawan disampaikan oleh Archangela Danna Tetriana, lulusan Sarjana Teknik Mesin FTMD ITB. Dalam pidatonya, Archangela mengungkapkan rasa terima kasih kepada keluarga, dosen, dan sahabat yang telah menjadi sumber kekuatan selama perjalanan studinya.

Ia bercerita bahwa menyelesaikan studi di ITB bukanlah perjalanan yang mudah. “Saya masih ingat saat menerima nilai ujian yang jauh dari harapan, hingga sempat meragukan diri sendiri. Namun dari titik jatuh itulah saya sadar: bertahan di sini menuntut lebih dari sekadar kecerdasan, dibutuhkan ketekunan, daya tahan, dan komitmen untuk terus bertumbuh,” ujarnya.

Archangela menegaskan bahwa dalam proses menyelesaikan studi kerap merasakan kebingungan, merasa ragu, merasa belum menemukan tempat yang tepat. Sebagian mungkin memiliki waktu untuk sejenak berhenti dan merenung, sementara yang lain harus terus berlari, sembari tetap mencari, karena keadaan tak memberi pilihan.

Namun hari ini, ia membuktikan bahwa kebingungan itu bukan akhir segalanya, melainkan bagian dari pendewasaan. “Kita menyelesaikan ini bukan karena segalanya mudah, tetapi karena kita memilih untuk tetap melangkah,” katanya.

Ia pun mengajak rekan-rekan wisudawan untuk menjadikan ilmu yang diperoleh bukan hanya demi kebanggaan pribadi atau keluarga, tetapi sebagai alat untuk bekerja dan memberi manfaat bagi sesama.

“Selamat wisuda. Mari melangkah dengan hati penuh harap dan niat tulus untuk memberi makna,” tutupnya.