Tiga Pemantik ITB dan Alumni Dalam Membangun Indonesia
Bandung – Ikatan Alumni Penerbangan (IAP – ITB) mengadakan webinar dengan judul “Solidarity 6.0 – Tantangan ITB dan Alumni Membangun Bangsa Indonesia”. Webinar ini dilaksanakan pada Minggu (02/09/22) secara hybrid. Beberapa alumni datang secara langsung ke dua tempat yang telah ditentukan yaitu Bandung dan Jakarta. Selebihnya turut menghadiri webinar secara daring melalui zoom. IAP ITB mengundang Prof. Djoko Soeharto sebagai pembicara dalam webinar ini.
Pemantik pertama adalah solidarity 6.0 yang mencerminkan usaha bersama semua elemen bangsa untuk bersatu dalam menghadapi tantangan ke depan. Dalam penjelasan Prof. Djoko, Indonesia memiliki masalah yang kompleks mulai dari taraf pendidikan dan tingkat kesejahteraan yang tidak sama sampai masalah yang mencangkup seluruh wilayah serta suku bangsa yang beragam. Solidaritas dinilai juga menjadi modal sosial seluruh bangsa Indonesia. Hal ini dilihat dari Indonesia berada di urutan ke 5 dari 167 negara dengan modal sosial terbersar sejak 2009 ke 2019.
Pemantik yang kedua adalah Indonesia yang masih terjebak pada pendapatan menengah. Tentunya ini masih menjadi mimpi besar seluruh bangsa Indonesia menuju negeri yang sejahtera. Untuk melampaui jebakan ini, Indonesia tentunya harus menciptakan pembangunan yang bekelanjutan. Hal ini dapat dicapai dengan pengelolaan pemerintah yang baik, pemberantasan korupsi, dan lainya.
Pemantik yang ketiga adalah pendidikan dan pembelajaran. Misi pendidikan yang paling utama adalah pembentukan karakter, sehingga pendidikan harus memiliki 1) nilai luhur, 2) cerdas dan professional dalam bidangnya, dan 3) mempunyai sikap yang baik. Universitas Terbuka (UT) merupakan salah satu institusi pendidikan yang perlu didukung. UT mampu memberikan kesempatan belajar seluas mungkin. Tentunya, ini menjadi pendukung dalam membangun peradaban bangsa.
Indonesia memiliki peluang untuk mengembangkan peradaban menjadi lebih baik. Salah satu caranya adalah membentuk karakter bangsa Indonesia untuk berfikir panjang. Sehingga yang menjadi tantanganya adalah bagaimana membiasakan bangsa Indonesia untuk tidak hanya berorientasi pada kekayaan semata, namun juga berfalsafah pada 3-P (people, planet, profit). 3-P adalah pembangunan berkelanjutan yang mengandung tiga aspek yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan.