Susy Villianny; Teknik Mesin 1996
The one and only female student in the 1996 class of Mechanical Engineering ITB
PPIC Division Head, PT GS Battery
Belajar di Teknik Mesin ITB, memberikan saya tidak hanya bekal teknis dan akademis, tapi juga bekal non-teknis yang kuat seperti kerjasama dan solidaritas. Semua itu menjadi modal kuat untuk berkembang di dunia karir yang kita pilih.
Pendidikan menjadi fondasi yang penting dalam mempersiapkan diri untuk karir. Bagaimana pendidikan dapat mempersiapkan seseorang untuk karirnya sangat bergantung pada bagaimana seseorang menerima pelajaran dan pengalaman dalam menghadapi setiap tantangan yang diberikan.
Sebagai lulusan Teknik Mesin ITB, saya merasakan bahwa pendidikan telah mempersiapkan saya dengan baik untuk karir saat ini. Selama kuliah, saya telah menjalani berbagai tugas kuliah, tugas praktikum hingga tugas akhir. Kuliah di Teknik Mesin ITB memberi saya pelajaran untuk memahami semua persoalan dari dasar.
Dengan dasar yang kuat, saya dapat menyelesaikan tugas dengan lebih baik dan mengambil pelajaran dari setiap tugas yang diberikan.
#Konsistensi dan Ketekunan
Selain itu, selama kuliah saya juga mempelajari pentingnya konsistensi dan ketekunan dalam mencapai tujuan. Rutinitas asistensi tiap senin pagi di Lab Dinamika, misalnya, melatih saya untuk konsisten harus berprogress dan harus mereview secara rutin supaya gak kehilangan arah.
#Membangun Relasi
Selain pengalaman akademis, menjalin jaringan dan membangun koneksi saat masih mahasiswa juga sangat membantu dalam karir. Sebagai mahasiswi pertama setelah M92, keuntungan yang saya miliki adalah kakak-kakak kelas yang membantu saya. Dalam dunia kerja yang sekarang, setiap kebetulan ada pekerjaan yang ada rekan-rekan seangkatan, komunikasi jadi lebih mudah, tidak ada trust issues, progress dan masalah pekerjaan bisa dikomunikasikan dengan mudah. Hal ini sangat membantu saya dalam mengembangkan karir.
Pengalaman kuliah juga membentuk pertumbuhan dan perkembangan pribadi saya. Misalnya, saat saya titip absen mata kuliah Pak Wirat jaman demo 1998 dulu. Walaupun pada saat itu benar-benar menyebalkan, pengalaman ini mengajarkan saya untuk tetap berintegritas bagaimana pun kondisinya. Melakukan sesuatu yang tujuannya benar tapi kalau dilakukan dengan cara yang tidak memegang integritas, tidak ada artinya.
Selain itu, kuliah di Teknik Mesin ITB membentuk saya untuk menjadi independen, ideal, bekerja tuntas, tapi tetap harus berkontribusi dan saling support dalam tim.
Meskipun saya tidak memiliki banyak pencapaian akademis, namun ada satu proyek yang sangat saya banggakan dari waktu saya sebagai mahasiswa. Saat menjalani tugas akhir, saya benar-benar hanya coba mengikuti arahan dari Pak Zainal. Desain barang sampai bisa jadi alat demo itu terus ada konsultasi sama Bapak. Dengan pemahaman teknis saya yang sangat terbatas, saya berhasil menyelesaikan tugas akhir tepat waktu dan alat demo yang saya buat masih dipakai hingga saat ini di Laboratorium Dinamika. Bagi saya, ini merupakan pencapaian besar dalam hidup saya sebagai mahasiswa.
Memiliki kemampuan untuk mengatasi tantangan selama menjadi siswa adalah keterampilan yang sangat penting. Setiap orang pasti mengalami tantangan selama bersekolah, baik itu tantangan sosial, akademis, atau pribadi. Dalam perjalanan studi saya, tentunya ada beberapa tantangan yang ternyata memberikan saya pengalaman serta pengajaran hidup yang tidak terbayarkan dengan apapun.
Pertama-tama, tantangan pertama saya saat berkuliah di ITB adalah bersosialisasi. Saya terbiasa bersekolah di sekolah Katolik yang hampir 100% homogen, sehingga saya kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang lebih beragam di ITB. Saya yang cenderung introvert juga merasa kesulitan saat teman-teman mengolok-olok saya di awal masuk kelas atau saat olahraga TPB. Namun, saya menyadari bahwa saya harus terus beradaptasi dan tidak bisa merasa tidak nyaman setiap hari. Saya juga mulai membangun hubungan dengan teman-teman dan mencari teman yang sejalan dengan minat saya.
Selanjutnya, tantangan selanjutnya adalah akademis. Tugas kuliah, praktikum, dan ujian semakin berat, namun saya menyadari bahwa teman adalah hal yang paling penting dalam mengatasi tantangan ini. Saya memulai dengan membuat tugas dan belajar bersama, persiapan praktikum, dan saling membantu. Dengan begitu, saya tidak merasa kesepian dan merasa ada yang mendukung selama berkuliah.
Ketika ditanya tentang bagaimana saya memilih jurusan, saya memilih Teknik Mesin sebagai pilihan pertama dan Teknik Sipil sebagai pilihan kedua. Saya memilih jurusan ini karena saya suka pelajaran Fisika dan informasi tentang ITB yang terbatas. Selain itu, orang tua saya juga mengharapkan saya tetap bersekolah di Bandung dan tidak keluar kota. Saya tidak pernah mempertimbangkan untuk mengubah jurusan atau pindah kuliah karena saya merasa nyaman dan tidak ada masalah selama berkuliah.
Saat ini, saya sudah memiliki pengalaman dalam karir saya, dan saya menyarankan siswa yang tertarik mengejar karir serupa untuk selalu memperhatikan dasar teori dan konsisten. Dengan memahami dasar teori, kita dapat memahami substansi pekerjaan dan tujuan yang ingin dicapai, dan dengan begitu, kita dapat membuat strategi yang tepat dan sesuai dengan target waktu yang ditentukan. Selain itu, bekerja sama dengan teman dan memiliki keterampilan non-teknis seperti solidaritas dan kerja sama dalam tim sangat penting untuk berkembang di karir yang kita pilih.
Terakhir, sebagai momen paling berkesan sebagai mahasiswa adalah ketika saya bertemu dengan seorang bapak yang sangat sederhana dan mencari anaknya di teras jurusan. Pagi itu, saya melihat seorang bapak yang tampak sangat lelah. Saya bertanya kepadanya siapa yang sedang dicarinya karena masih sangat pagi dan kampus masih sepi. Bapak itu menjawab bahwa ia sedang mencari anaknya, namun ia tidak tahu angkatan atau jadwal kuliah anaknya. Ia baru saja sampai dari kampung saat subuh dan tidak tahu di mana alamat kos anaknya berada. Bapak tersebut membawa sepeda yang sudah tidak baru dan mengatakan bahwa ia ingin mengantar sepeda tersebut kepada anaknya. Anaknya telah meminta motor untuk kuliah, tetapi bapaknya belum memiliki uang, sehingga ia membawa sepeda yang ada di rumah untuk sementara waktu. Saya merasa tersentuh dan bertekad untuk menyelesaikan kuliah, mencari pekerjaan, hidup mandiri, dan kemudian membantu keluarga.