Minyak Sawit Sebagai Alternatif Bahan Bakar Dunia, Dari Indonesia Untuk Dunia
Bandung- Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah sumber daya yang sangat berharga di dunia. Hingga saat ini BBM yang merupakan salah satu bentuk energi fosil; menjadi sumber daya yang paling banyak digunakan manusia. Manusia dari berbagai belahan benua berlomba-lomba untuk mencari sumber bahan bakar demi memenuhi kebutuhan aktivitas manusia. Oleh sebab itu negara yang memiliki sumber daya bahan bakar minyak mampu mengembangkan negaranya dengan pesat dari hampir segala sektor yang ada.
Namun, kebutuhan bahan bakar minyak dari energi fosil ini berbanding terbalik dengan ketersediaannya di alam; menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga yang terus meningkat. Meskipun sudah banyak perkembangan teknologi dan energi terbarukan yang hemat dan ramah lingkungan, tetap saja sangat sulit untuk menggantikan dan menyaingi keefektifan dari BBM. Sebaliknya, bila bahan bakar minyak berenergi fosil ini terus digunakan; maka akan timbul kelangkaan minyak bumi dan kerusakan alam akibat gas buang atau emisi.
Dalam rangka mengurangi emisi karbon terkhususnya sektor transportasi udara, badan penerbangan internasional yang bernama International Civil Aviation Organization (ICAO) menetapkan bahwa pada tahun 2027 seluruh penggunaan pesawat harus menggunakan bahan bakar yang dicampur dengan Bahan Bakar Nabati (BBN). Dengan ketentuan yang sudah ditetapkan seperti diatas, Indonesia gencar melakukan penelitian untuk mengembangkan Bioavtur sebagai Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang ramah lingkungan. BBN yang terkandung di Bioavtur ini merupakan rekayasa minyak kelapa sawit dengan kandungan 2,4%.
Dari awal pengembangan Bioavtur, uji mesin, hingga tahap uji terbang merupakan hasil kolaborasi Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Pertamina. Pengembangan Bioavtur ini dikembangkan oleh Tim peneliti PT LAPI ITB yang menghasilkan SAF dengan jenis bioavtur J2.4. Dalam uji Airworthiness, diperlukan kontribusi dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) untuk menguji jaminan keamanan terbang. Lalu bersama maskapai Garuda Indonesia, dengan pesawat Boeing 737-800 NG, dilakukan uji ground round dan flight test. Uji terbang tersebut menggunakan pesawat komersil yang lepas landas dan mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, terbang selama satu jam melintasi pelabuhan ratu.
Suksesnya uji terbang ini tidak luput dari kerja keras dan dedikasi pihak yang membersamai dari mulai hulu sampai hilir. Dr. Ir. Rais Zain, M.Eng. dan Dr. Firman Hartono, S.T, M.T. adalah sosok dari FTMD yang berperan aktif dalam pengujian mesin yang menggunakan Bioavtur sebagai bahan bakarnya. Namun pengembangan dan pengujian bahan bakar nabati ini belum selesai tutur Dr. Rais. Sebab di masa depan yang dekat bioavtur akan menjadi kebutuhan bagi semua pesawat komersil, seperti ketentuan yang disampaikan oleh ICAO. Maka oleh sebab itu, besar kemungkinan proyek masif ini akan berjangka panjang.
Sebagai sosok yang berpengaruh pada proyek besar ini, Dr. Rais menyampaikan bahwa proyek ini dapat berpengaruh besar pada bangsa Indonesia. Lewat wawancaranya, bersama Tim Media FTMD, Dr. Rais menyampaikan penting bagi Indonesia bergerak cepat untuk menjadi nomor 1.
“Proyek ini sangat besar, dan jika Indonesia yang memimpin, bangsa ini mampu bersaing dengan bangsa yang lain”
Pesan tersebut dikutip dari wawancara Tim Media FTMD bersama Dr. Rais
Dr. Rais juga menyampaikan ajakan kepada mahasiswa FTMD untuk turut berkontribusi terhadap perkembangan bahan bakar nabati. Meskipun bidangnya yang sedikit berbeda dengan kelompok keahlian FTMD, Dr. Rais menyampaikan bahwa untuk kemajuan negeri, sumber daya unggul wajib untuk berfikir dengan perspektif yang luas dan berkontribusi dalam ranah yang spesifik.
Dr. Rais menekankan bahwa sumber daya manusia di Indonesia harus bisa unggul dan ikut berkontribusi pada kemajuan bangsa. Dikutip dari wawancaranya, Dr. Rais menyatakan bahwa kelapa sawit di Indonesia menghasilkan minyak sawit paling unggul di dunia.
“Minyak sawit merupakan bahan baku paling optimal untuk rekayasa bioavtur. Hal ini merupakan sebuah anugerah untuk kita, karena hanya minyak sawit Indonesia yang memiliki kualitas paling unggul di dunia.” Tutur Dr. Rais
Dengan demikian, dengan segala sumber daya yang dianugerahkan Tuhan untuk Indonesia, mari sama-sama olah sumber daya Indonesia dengan bijaksana. Untuk ikut serta dalam perkembangan energi terbarukan dan mencegah polusi udara yang kian hari kian merusak bumi. Semoga dengan pengaplikasian Bioavtur berbahan baku minyak sawit pada pesawat terbang, dapat juga diaplikasikan kepada transportasi lainnya untuk kebaikan manusia dan alam. Sehingga bahan bakar nabati, minyak sawit Indonesia menjadi alternatif bahan bakar di dunia. Dari Indonesia, untuk Dunia.