Mahasiswa Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB kembali mengharumkan nama kampus dengan meraih Medali Perak dalam kategori Presentasi pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2023. Tim yang terdiri dari Matthew Hu, Joshua Levin Kurniawan, Jessica Athalia Moelia Sapoetra, Bevan Bintang Setiawarman, dan Jovan Eugene Hartadi berhasil memukau juri dengan karya inovatif mereka berjudul “VORIONE: Generator Listrik Berbasis Fenomena Resonansi Getaran dengan Kemampuan Penyesuaian Otonom”. 

  Penelitian ini berawal dari riset yang dilakukan oleh Prof. Gunawan mengenai potensi getaran untuk diubah menjadi listrik. Joshua Levin menjelaskan bahwa mereka menemukan bahwa getaran dapat diubah menjadi listrik, bahkan dari alat sederhana yang mungkin hanya seharga 500 ribu rupiah, bisa menghasilkan listrik. Dengan ide ini, tim mereka mengembangkan proyek dan mendapatkan pendanaan dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). 

  Penelitian ini lebih lanjut mengeksplorasi fenomena angin yang bisa menghasilkan getaran dan kemudian diubah menjadi listrik. Tim melakukan pengujian di windtunnel dan mengimplementasikan berbagai metode seperti regresi untuk mengoptimalkan hasil. 

Ketika ditanya tentang kekuatan yang membawa mereka lolos hingga PIMNAS, Joshua menekankan, “Kekuatan kami adalah kemampuan mengaplikasikan ilmu yang kompleks menjadi sesuatu yang bermanfaat langsung bagi masyarakat.” Produk mereka, jika dikomersialkan, bisa menjadi solusi energi terbarukan yang murah, hanya dengan biaya sekitar Rp500.000 sudah bisa menyalakan lampu. Mereka juga memodifikasi konsep yang sudah ada di Spanyol, sehingga dapat bekerja pada rentang kecepatan angin yang lebih luas, dari 1,5 m/s hingga 10 m/s.  

Tim ini membedakan diri dari tim lain dengan inovasi dan pendekatan mereka yang unik. “Kami tidak hanya menggabungkan dua konsep, tetapi juga memecahkan masalah implementasi yang lebih banyak,” jelas Joshua. Hal ini menarik perhatian juri, sehingga mereka lebih penasaran daripada menguji saat presentasi. 

Selain teori dan simulasi, tim juga melakukan uji coba langsung di lapangan. Salah satu anggota tim, Budi, bersama Tito, mengunjungi nelayan di Cirebon untuk menguji prototipe turbin angin pada kapal nelayan berukuran 15 ton. “Kami mendapat respon positif dari nelayan, yang menunjukkan potensi besar implementasi teknologi ini dalam mengurangi ketergantungan nelayan pada bahan bakar solar,” tambah Joshua. Cirebon dipilih karena merupakan wilayah pesisir yang paling dekat dari Bandung dengan aksesibilitas mudah hanya dengan 1.5 jam lewat jalan tol.  

Di Cirebon, tim memilih pelabuhan Kali Bondet untuk uji coba. Joshua menambahkan, “Kami mengincar kapal dengan tonase 5-10 ton, yang mayoritas nelayan di Kali Bondet memiliki kapal tradisional dengan tonase tersebut.” Meski mengalami kendala seperti mabuk laut dan kondisi gelombang yang tinggi, tim berhasil melakukan uji coba dan mendapatkan respon positif dari nelayan setempat. 

“Judul yang diaplikasikan ke nelayan ini bukan yang lolos ke PIMNAS, tetapi kami memfokuskan ke dua tim lain. Namun, uji coba ini menjadi modal berharga untuk pengembangan lebih lanjut di tahun mendatang.” Jelas Joshua. Meskipun alat mereka hanya diuji sekali di laut, Joshua menitik beratkan pentingnya uji coba ini. 

Respon dari nelayan sangat positif. Joshua mengungkapkan, “Bapak nelayan berharap teknologi yang dikembangkan di universitas bisa dikembalikan ke masyarakat, terutama untuk mengurangi ketergantungan pada genset.” Nelayan melihat potensi besar teknologi ini untuk digunakan di tambak air di tengah laut, yang bisa membantu mengurangi biaya operasional mereka. 

 Kesuksesan tim ini di PIMNAS 2023 tidak hanya mengharumkan nama kampus, tetapi juga membuka peluang besar untuk pengembangan energi terbarukan yang lebih terjangkau dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Dengan semangat inovasi dan dedikasi yang tinggi, mereka membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi bisa menjadi solusi nyata untuk berbagai masalah sosial dan lingkungan.