Menilik Kontribusi FTMD dalam Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Teknik Mesin di Indonesia
Program Studi Teknik Mesin didirikan pada tahun 1941 saat Institut Teknologi Bandung (ITB) masih bernama Technische Hogeschool (TH) Bandoeng dan berada di bawah Pemerintahan Hindia Belanda. Dalam perjalanannya, Teknik Mesin ITB terus melakukan pengembangan sesuai dengan tuntutan zaman. Pengembangan yang dilakukan tentunya tidak hanya bersifat internal namun juga eksternal.
Sebelum Teknik Mesin ITB berdiri sendiri menjadi Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Teknik Mesin ITB sudah mengukir sejarah dalam pengembangan pendidikan Teknik Mesin di Indonesia. Pembinaan dan pengembangan yang dilakukan yaitu menjadi pengajar di perguruan tinggi swasta sekitar Bandung. Hal ini dikarenakan ketersediaan dosen di setiap perguruan tinggi masih minim. Beberapa dosen Teknik Mesin ITB tidak hanya diminta untuk menjadi pengajar tetapi juga pengelola dari Program Studi Teknik Mesin di perguruan tinggi tersebut.
Lebih lanjut, para dosen Teknik Mesin ITB yang diminta menjadi pemimpin di PTN dan PTS di Indonesia membina kuat tiga bidang yaitu akademik, tata tertib administrasi, dan kontribusi dalam Tri Dharma perguruan tinggi. Mereka menjaga agar perguruan tinggi pada saat itu (sekitar tahun 80an) dapat menjalankan administrasi akademik dan proses pembelajaran dengan baik sehingga tidak asal menjual ijazah.
Dalam dunia militer, Teknik Mesin ITB juga berkontribusi dalam pendidikan perwira TNI dari Angkatan Laut melalui pelaksana pembelajaran di Sekolah Tinggi Teknik Angkatan Laut (STTAL). Lebih dari sekedar pemberi materi, Teknik Mesin ITB juga memberikan ujian layaknya ujian nasional di STTAL. Lebih lanjut, Teknik Mesin ITB juga memberikan kesempatan para perwira TNI Angkatan Udara untuk melanjutkan pendidikan formal di Jurusan Mesin.
Selain dari tenaga pengajar, Teknik Mesin ITB juga memberikan kesempatan untuk para dosen muda melanjutkan studi magister di Teknik Mesin ITB. Pada waktu itu, Kemendikbud dengan bantuan pemerintah Jepang sedang membina para dosen muda Fakultas Teknik di Indonesia bagian barat yaitu PTN dan PTS se-Sumatera, Makassar, dan Manado. Program bantuan ini bernama HEDS-JICA dengan salah satu tujuan mempercepat pemerataan pertumbuhan perguruan tinggi di Indonesia Bagian Barat.
Teknik Mesin ITB juga menjadi salah satu pendiri Badan Kerja Sama Teknik Mesin (BKSTM) pada tahun 2000-an. BKSTM dibentuk untuk menjadi pendoman seluruh Teknik Mesin di Indonesia dalam memberikan materi minimum yang benar. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh BKSTM yaitu menyelenggarakan seminar tahunan, membuat pedoman kurikulum inti, dan menerbitkan jurnal untuk mempublikasikan karya-karya ilmiah para dosen.
Teknik Mesin ITB juga turut serta dalam membina Universitas Andalas (UNAND) dalam membangun jurusan Teknik Mesin sekitar tahun 1980an. Pengembangan Jurusan Teknik Mesin UNAND mengusung prinsip kerjasama “tiga spiral” untuk menciptakan sinergi yang optimal. Kerjasama pola Tiga Spiral atau Triple Helix melibatkan tiga pilar penting yaitu lembaga pemerintah, institusi pendidikan, dan industri. Ketiga pilar tersebut memiliki perannya masing-masing. Lembaga pemerintah yaitu pemerintah daerah provinsi berperan dalam memberikan perhatian, pendanaan, dan pengawasan. Kemudian, Teknik Mesin ITB sebagai institusi pendidikan memberikan arah serta membantu dalam mendidik calon dosen Teknik Mesin UNAND. Terakhir, Alumni teknik mesin yg bekerja di industri ( PT PLN dan PT Semen Padang) membantu proses pembelajaran dan pembinaan dosen muda. Hal yg menarik dari pola kerja sama ini adalah semangat dari para dosen muda UNAND untuk maju dan bekerja dengan cara cerdik. Saat ini Jurusan Teknik Mesin UNAND memperoleh akreditasi internasional ABBET dari Amerika Serikat.