Menjelang Perlombaan Shell Eco-Marathon di Sepang Malaysia
Tiga tim ITB saat ini sedang mempersiapkan diri untuk berangkat ke Malaysia dalam rangka mengikuti perlombaan mobil hemat energi di sirkuit Sepang, Malaysia. Perlombaan akan diselenggarakan pada tanggal 8-10 Juli 2010. Tim Rajawali dan Heave-Exia akan ikut dalam kategori futuristic dan tim Cikal untuk kategori urban yang berbentuk seperti mobil biasa. Perlombaan diikuti oleh 112 peserta dari berbagai universitas di Asia. Perguruan tinggi Indonesia yang akan ikut serta adalah ITB, ITS, UGM dan UI dengan jumlah total 9 tim. Berikut adalah keterangan dari Prof. Djoko Suharto yang menjadi salah satu pembimbing tim ITB.
Kalau dari kacamata kita, orang Indonesia, usaha yang dilakukan oleh tim sudah luar biasa, mereka bekerja keras dari bulan Maret yang lalu dengan persiapan sejak satu semester sebelumnya. Bila mengacu pada makalah yang beliau tulis maka tim sudah menguasai teknologi pembuatan struktur badan mobil yang berbentuk aerodinamik dan juga sudah bisa mengurangi sebagian gesekan pada ban dan bantalan supaya bahan bakar yang digunakan hemat. Bahkan bentuk mobilnyapun mempunyai nilai estetika yang tinggi. Untuk hal ini mereka patut mendapat penghargaan dan nilai lebih dari A. Walaupun demikian tim belum menguasai dengan baik teknologi untuk mengatur mesin dengan ECU (Electronic Control Unit) dan ketelitian pembuatan serta pemasangan komponen sehingga untuk kinerja penghematan bahan bakar yang dicapai, nilai yang diberikan baru C atau bahkan kurang. Bila dianalogikan dengan kompetisi sepakbola Piala Dunia, beliau berkelakar, belum masuk ke kelas tim Piala Dunia. Rajawali dan Heave-Exia baru mencapai sekitar 200 km/liter atau kurang dan Cikal kurang dari 80 km/liter. Target yang ditetapkan dalam makalah yang ditulis Prof. Djoko Suharto adalah 1000 km/liter untuk Rajawali dan Heave-Exia dan 150 km/liter untuk Cikal. Angka angka inipun merupakan target mula karena rekor yang sudah dicapai oleh tim tim yang ikut perlombaan di Eropa dan Amerika jauh lebih tinggi.
Persepsi mengenai perlombaan ini ternyata juga harus lebih disosialisasikan. Djoko Suharto bercerita tentang diskusi beliau dengan seorang mahasiswi desain produk dari FSRD yang sangat bangga dengan tim dari ITB. Memang benar kalau dari body styling tim tim ITB desainnya cukup cantik, itu mungkin kelebihan ITB, Institut Teknologi yang punya Fakultas Seni Rupa. Kalau dari tujuan lomba maka hasil yang dicapai masih di tingkat bawah seperti dijelaskan tadi.
Lebih lanjut Djoko Suharto menjelaskan bahwa perlombaan Shell Eco-Marathon ini cukup berat dan ITB harus memperbaiki diri kalau ingin tetap ikut serta tahun depan. Disamping kinerja hemat energi, mobil harus memenuhi 49 butir persyaratan terutama untuk safety dan juga segi keandalan yang belum sepenuhnya dimengerti oleh anggota anggota tim peserta. Salah satu contohnya adalah pengendara harus bisa keluar mobil dalam waktu 10 detik seperti sudah didemonstrasikan oleh tim Rajawali di acara TV Kick Andy baru baru ini. Waktu Fakultas Mesin dan Dirgantara membentuk tim pemeriksa, para mahasiswa merasa mereka akan dipersulit untuk ikut ke Malaysia. Sikap ini menurut beliau harus diubah kalau ingin menghasilkan atau mengoperasikan teknologi dengan baik. Contoh yang terjadi saat ini di masyarakat adalah kasus kecelakaan penggunaan gas LPG. Bila ingin maju maka kepatuhan pada aturan harus ditegakkan dan bukan semau gue atau bahkan sengaja tidak mematuhi karena punya kepentingan yang lain. Saat ini Djoko mengatakan bahwa ITB sedang mengkampanyekan penegakan integritas serta pembangunan karakter dan profesionalisme. Suatu hal fundamental yang harus dilakukan dan akan bernilai tinggi.
Ketika ditanya tentang resep perbaikan ke depan, Djoko Suharto yang juga anggota MWA ITB mengatakan tim harus fokus, disiplin, teliti dan hati hati. Manajemen ITB dan Fakultas harus memberikan dukungan terutama pendanaan, fasilitas dan tim pembimbing yang juga harus mempunyai waktu khusus untuk kegiatan ini. Tim dari universitas lain ternyata ada yang meliburkan mahasiswa anggota timnya dari kegiatan akademik selama satu tahun. Tim di luar negeri malahan punya kegiatan penelitian yang dikaitkan dengan lomba ini dan sangat serius. Beliau juga mengemukakan komentar dari teman dari universitas lain sbb: mahasiswa ITB itu nggak serius ya pak kalau ikut lomba. Mungkin harus direnungkan komentar ini dan seperti anjuran diatas ITB harus fokus dan memilih segmen yang cocok dengan keahliannya. Di beberapa hal yang ditangani dengan baik prestasi kita patut dibanggakan. Nama besar dan kepandaian saja tidak cukup karena harus disertai dengan usaha dan ilmu, kerjasama yang baik yang didukung dengan sistem manajemen dan suasana yang kondusif serta seleksi.
Hal positif lain yang dikatakan oleh Djoko adalah tim sudah secara ksatria mengakui kekurangannya dan berterima kasih serta mohon maaf ke para sponsornya. Mereka juga akan memperbaiki kinerja mobilnya setelah pulang dari Sepang dan mewariskan ke tim berikutnya. Semangat pantang menyerah dan I shall return sudah ditunjukkan oleh tim tim ini. Hal lain juga yang dicapai adalah kerjasama yang terbentuk dengan alumni terutama teknik Mesin dan Penerbangan dalam menangani tujuan yang lebih jauh, yaitu teknologi hemat energi untuk masyarakat luas seperti dikemukakan di makalahnya. Berapa dana yang bisa dihemat dari sektor transportasi, trilyunan rupiah kata beliau karena sektor transportasi itu menggunakan lebih dari sepertiga dari energi total. Kalau subsidi APBN untuk BBM bisa dikurangi, maka anggaran bisa dialihkan untuk kegiatan lain terutama pendidikan yang memerlukan reformasi secara menyeluruh. Akhirnya Djoko Suharto menganjurkan dukungan dan doa untuk tim-tim yang akan berjuang di Sepang. Semoga lebih baik prestasinya. [Pelita]