Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Diskusi
Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Pada Selasa, 19 Januari 2010, telah dilaksanakan diskusi mengenai evaluasi pembelajaran berbasis kompetensi yang dihadiri oleh Dosen FTMD. Acara ini diprakarsai oleh Prof. Bambang Sutjiatmo, PhD dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di FTMD. Pemateri adalah seorang pakar evaluasi pendidikan yang juga asisten rektor Universitas Terbuka yaitu Ibu Suci Madiarti Isman, PhD. Beliau juga merupakan Certified International Lead Auditor for ISO 9001:2000.sejak tahun 2005, yang artinya memiliki kompetensi bertaraf internasional sebagai auditor.
Acara dilaksanakan dalam format presentasi memakai slide yang langsung ditanggapi dan didiskusikan oleh para peserta dan pemateri ditambah satu “tugas” untuk membuat pemilihan metoda penilaian bagi kuliah yang dipegang oleh masing-masing dosen yang hadir di acara tersebut. Suatu format acara yang baik dan berhasil, karena terbukti acara diskusi mengalir dengan lancar, kaya akan pembelajaran, dan tidak lupa diselingi guyonan-guyonan segar.
Diskusi tersebut mengungkap sisi positif yang telah dicapai maupun sisi negatif yang masih harus diperbaiki dalam evaluasi pembelajaran di FTMD. Hal-hal yang dinilai positif dan bagus oleh Ibu Suci sebagai seorang pakar di bidang evaluasi pendidikan adalah:
-
Tingginya target pencapaian kawasan kompetensi menurut Bloom pada kuliah-kuliah di FTMD khususnya untuk level S1. Ini meliputi C6(kreasi) untuk sisi pengetahuan (cognitive) yang merupakan level tertinggi, A4(mengatur diri) untuk sisi sikap (affective) dengan level tertinggi adalah A5(menjadikan pola hidup), serta P4(perangkaian) untuk sisi keterampilan (psychomotor) dengan level tertinggi adalah P5(naturalisasi). Pada sisi afektif dan keterampilan, untuk level S1 sulit untuk menerapkan target pencapaian kawasan kompetensi tertinggi karena menyangkut jam terbang dalam menekuni profesi. Level tertinggi pada sisi sikap dan keterampilan diharapkan tercapai setelah lulusan memasuki dunia kerja atau pada waktu menempuh pendidikan di level S2 dan S3.
-
Telah diterapkannya sistem uji coba soal ujian sebelum diujikan kepada mahasiswa pada banyak mata kuliah di FTMD. Artinya, soal ujian terlebih dulu dikerjakan oleh dosen terlebih dahulu sebelum diujikan kepada mahasiswa, lalu waktu yang diperlukan oleh dosen dikalikan kira-kira dua kali lipat agar mahasiswa punya cukup waktu untuk mengerjakan soal tersebut.
Adapun sisi negatif yang masih harus diperbaiki adalah kecenderungan untuk membuat soal UAS (Ujian Akhir Semester) yang terlalu dekat dengan waktu ujian. Idealnya, soal UAS tersebut telah dibuat enam bulan sebelum waktunya. Ini agar soal UAS tersebut menjadi instrumen yang baik untuk mengukur apakah kompetensi yang ditargetkan dalam kuliah bersangkutan dicapai oleh mahasiswa atau tidak. Memang kecenderungan untuk membuat soal UAS dekat dengan waktunya bukan tanpa pertimbangan. Dari diskusi muncul bahwa pertimbangan utama para dosen adalah adakalanya penyampaian bahan harus disesuaikan dengan kondisi peserta kuliah. Sehingga soal UAS baru bisa dibuat setelah bahan selesai disampaikan. Akan tetapi, Ibu Suci mengatakan bahwa untuk evaluasi pembelajaran berbasis kompetensi hal semacam itu idealnya tidak boleh dilakukan. Hal ini disebabkan bahwa evaluasi pembelajaran berbasis kompetensi sebenarnya harus memakai konsep penilaian dengan standar absolut atau Penilaian Patokan (PAP). Sehingga, soal UAS harus dirancang untuk menguji pencapaian kompetensi yang disyaratkan oleh silabus atau kurikulum. Jika ada masalah waktu penyampaian kuliah karena kondisi peserta tidak memungkinkan, yang bisa diubah adalah soal UTS, PR dan dimungkinkan tugas tambahan untuk mengusahakan tercapainya kompetensi yang ditargetkan oleh silabus atau kurikulum.
Hal mendasar yang mengemuka dalam diskusi tersebut adalah bahwa sistem penilaian menggunakan huruf A s.d E yang diterapkan di hampir semua perguruan tinggi di Indonesia bahkan di luar negeri, termasuk ITB, sebenarnya tidak konsisten dengan evaluasi pembelajaran berbasis kompetensi. Ini karena dari sudut pandang ilmu evaluasi pendidikan, evaluasi pembelajaran berbasis kompetensi seharusnya memberikan penilaian yang memberitahukan kepada mahasiswa apakah dia kompeten atau tidak secara mutlak, dan bukan relatif terhadap kelasnya. Barangkali ini bisa menjadi kajian bagi FTMD maupun ITB untuk masa yang akan datang.