Bandung – Himpunan Mahasiswa Teknik Dirgantara “KMPN Otto Lilienthal” Institut Teknologi Bandung (KMPN ITB) kembali menyelenggarakan Aerospace Innovation Summit (AIS) 2025 pada 12–13 April 2025 di Aula Barat ITB. Acara tahunan yang telah berlangsung selama 17 tahun ini dirancang sebagai wadah edukatif dan kolaboratif untuk memperkenalkan dunia kedirgantaraan kepada masyarakat luas. Dengan tema “Cakrawala: Kala Bumi dan Langit Berjumpa”, AIS 2025 mengajak publik untuk melihat lebih jauh potensi teknologi dirgantara Indonesia dari berbagai sisi, mulai dari inovasi, riset, industri, hingga kontribusi generasi muda. 

AIS 2025 terbuka untuk pelajar, mahasiswa, akademisi, komunitas, dan masyarakat umum, serta menawarkan berbagai kegiatan menarik. Dalam rangkaian pameran, peserta dapat menjelajahi beragam teknologi mutakhir seperti UAV (Unmanned Aerial Vehicle), simulator penerbangan, hingga karya ilmiah dan kreatif dari berbagai institusi. Tidak hanya itu, pengunjung juga disuguhi penampilan teatrikal musikal bertema kehidupan tokoh dirgantara nasional, almarhum B. J. Habibie, yang dibawakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa STEMA ITB, memberikan sentuhan emosional dan inspiratif bagi audiens. 

Salah satu daya tarik utama AIS 2025 adalah sesi talkshow yang membahas isu-isu strategis dan relevan di dunia kedirgantaraan. Tiga talkshow utama digelar selama acara berlangsung. Talkshow pertama mengangkat tema peran teknologi kedirgantaraan dalam pertahanan negara, menghadirkan pembicara seperti Marsekal TNI (Purn.) Chappy Hakim dan perwakilan dari PT Dirgantara Indonesia. Talkshow kedua membahas bagaimana Indonesia dapat mengoptimalkan potensi dan sumber daya untuk mengembangkan teknologi antariksa nasional. Sementara talkshow ketiga fokus pada tantangan dan peluang industri perawatan pesawat atau MRO (Maintenance, Repair, and Overhaul) di Indonesia yang kini semakin strategis di tengah perkembangan transportasi udara nasional. 

Selain diskusi panel, AIS 2025 juga menyelenggarakan berbagai kegiatan partisipatif seperti workshop Foam Rocket yang mengenalkan konsep aerodinamika secara menyenangkan, serta kompetisi-kompetisi kreatif dan ilmiah seperti Drawing Challenge Kedirgantaraan, Recycle Challenge, Aerospace Case Competition, Roket Air, dan Aero Champions. Semua kegiatan ini dirancang untuk merangsang minat dan daya pikir generasi muda terhadap bidang teknik penerbangan dan antariksa. 

Dukungan terhadap acara ini datang dari berbagai pihak, termasuk Airbus, Pertamina, Pupuk Kaltim, dan LAPAN, sebagai bentuk nyata komitmen bersama untuk mendorong kemajuan teknologi dirgantara Indonesia. Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T., dalam sambutannya menegaskan pentingnya pemahaman dan pengembangan teknologi langit dalam konteks nasional. Menurutnya, jika Indonesia terdiri dari 1/3 daratan dan 2/3 lautan, maka langit adalah 3/3, sebuah ruang yang belum banyak dijamah namun menyimpan peluang luar biasa. Ia menyampaikan harapan agar acara seperti AIS dapat menjadi tempat bertemunya mahasiswa dan para tokoh industri, sehingga dapat menginspirasi dan memotivasi generasi penerus untuk terus berkembang di sektor dirgantara. 

Hal senada disampaikan oleh Plt. Dekan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Dr. Ir. Hermawan Judawisastra, M.Eng., yang menyebut bahwa AIS menjadi titik temu strategis antara akademisi, industri, regulator, dan masyarakat umum untuk mengenal lebih dalam dunia dirgantara. Ia berharap mahasiswa mampu memanfaatkan momentum ini untuk memperluas wawasan dan membangun jejaring yang akan berguna di masa depan. 

Aerospace Innovation Summit 2025 bukan sekadar acara ilmiah atau pameran teknologi. Ia merupakan simbol komitmen, kerja keras, dan visi jauh ke depan dari para mahasiswa Teknik Dirgantara ITB untuk menghadirkan langit lebih dekat ke bumi, serta menjadikan ilmu dirgantara sebagai milik bersama yang dapat diakses, dipahami, dan dikembangkan oleh seluruh elemen bangsa.