Quentin, mahasiswa magister dari INSA Lyon (Institut National des Sciences Appliquées de Lyon), memilih untuk menghabiskan satu semester di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB melalui program Inbound Exchange pada Semester Ganji tahun ajaran 2024-2025. Pilihan ini memberinya pengalaman belajar yang mendalam, eksplorasi budaya, dan petualangan yang tidak akan terlupakan. 

Dalam wawancara dengan Tim Media FTMD, Quentin mengungkapkan alasannya memilih FTMD ITB. “Saya ingin pergi ke negara yang benar-benar berbeda, dengan tujuan menemukan cara berpikir, budaya, dan gaya hidup baru,” ujarnya. Awalnya, ia memilih ITS Surabaya karena beberapa teman juga memilih kota tersebut, tetapi akhirnya diterima di Bandung. Menurut Quentin, Bandung ternyata merupakan pilihan yang jauh lebih baik karena memberikan pengalaman yang lebih kaya dan beragam. 

Quentin tiba di Indonesia pada 20 Agustus 2024. Selama semester ini, ia mengambil tiga mata kuliah di FTMD, yaitu Non-Destructive Testing, yang mempelajari cara inspeksi perangkat tanpa merusak material; Mekanisme Degradasi Material, yang berfokus pada pemahaman penyebab kerusakan material; dan Sistem Penyimpanan Energi, yang membahas baterai dan kapasitor. Selain itu, ia juga mengikuti kelas tambahan Digital Marketing di Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB sebagai bagian dari persyaratan dari kampusnya di Prancis. 

Quentin menyebutkan bahwa pengalaman belajarnya di FTMD sangat memuaskan. “Ketika pertama kali tiba, saya sempat merasa gugup, tetapi para dosen sangat mendukung dan ramah kepada mahasiswa internasional,” katanya. Salah satu aspek yang paling ia apresiasi adalah akses mudah ke materi pembelajaran melalui platform EduNex. Di FTMD, semua materi kuliah yang disampaikan di kelas tersedia secara daring, sehingga mempermudah proses belajar dan memahami materi. 

Salah satu momen paling berkesan bagi Quentin adalah partisipasinya dalam ITB Cultural Day 2024 yang diselenggarakan oleh Biro Kemitraan ITB pada 2 November 2024. Acara ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa internasional untuk lebih mengenal budaya Indonesia. Quentin bersama puluhan mahasiswa lainnya mengikuti praktik Tari Merak, Tari Likok Pulo, serta melukis caping, yang dipandu oleh mahasiswa Lingkung Seni Sunda (LSS) dan Unit Kebudayaan Aceh (UKA) ITB. Menurut Quentin, acara ini menegaskan bahwa perbedaan budaya bukanlah penghalang, melainkan kekuatan untuk membangun kerja sama dan persahabatan. 

Quentin merekomendasikan FTMD kepada mahasiswa internasional lainnya karena perpaduan unik antara pendidikan berkualitas, budaya yang kaya, dan lingkungan yang mendukung. “Di FTMD, saya mendapatkan pengalaman yang tidak hanya memperkaya pengetahuan akademik tetapi juga wawasan budaya. Ini adalah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan,” tutupnya. 

Pengalaman Quentin di FTMD ITB adalah bukti bahwa belajar di luar negeri tidak hanya tentang akademik, tetapi juga tentang pengembangan diri dan pemahaman lintas budaya yang mendalam. Dengan fasilitas yang mendukung dan atmosfer yang inklusif, ITB berhasil memberikan pengalaman yang berharga bagi mahasiswa internasional seperti Quentin.