Bandung –  Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan dan Budaya (PUSPRESNAS) pada 22 September sampai dengan 27 September, merupakan kompetisi pesawat tanpa awak paling bergengsi di Indonesia dan diperuntukan bagi seluruh universitas Indonesia. Pada tahun ini, Institut Teknologi Sumatera terpilih sebagai tuan rumah pada perlombaan ini. Sedangkan lokasi penilaian final KRTI adalah di Pangkalan Udara TNI AU Pangeran M. Bun Yamin, di Lampung.

ITB mengirimkan perwakilannya melalui unit kegiatan mahasiswa Aksantara ITB. Dengan kategori perlombaan yang diikuti yaitu Flight Controller, Propulsion System, Propeller, Ground Control System, Prime Mover, Airframe, dan Electronic Speed Control. 

Aksantara ITB mengirimkan beberapa tim diantaranya, Tim Altigen Krasnala yang dibimbing oleh Dr. Widyawardana Adiprawita,ST,. M.T, memiliki anggota diantaranya Lilo Handaru Jati (Teknik Mesin), Marcellus Mario Lukman ( Teknik Dirgantara), Bimar Dwi Anggoro ( Teknik Mesin), dan Sulthan Raihan Falah Sugiharto (Teknik mesin), dan anggota TIM lainnya. Berhasil meraih juara 1 Vertical Take Off Landing dan Best Strategy Vertical Take Off Landing.

Tim Aakesh Ganapatih yang dibimbing oleh Rianto Adhy Sasongko , ST.,M.Sc., Ph.D, memiliki anggota diantaranya Bevan Bintang Setiawarman ( Teknik Dirgantara), Dhafin Anshar Prisetya ( Teknik Dirgantara), Muhammad Harist Herti, dan Ramadhani ( Teknik Material), dan anggota TIM lainnya. Berhasil meraih juara 1 Technology Development Prime Mover.

Pada kategori Prime mover para kontestan diberi tema Sistem Penggerak utama di Wahana Pesawat. Mereka berhasil menjuarai tema tersebut walaupun hanya mengerjakannya selama satu bulan setengah. Hal tersebut bukan tanpa alasan, karena rencana pertama yang mereka miliki tidak masuk dengan tema yang dibawakan, oleh karena itu mereka harus mengganti teknologi yang mereka miliki. 

“ Jangan buru-buru ke bagian manufaktur percobaan, idenya harus dimatangkan terlebih dahulu”. pesan salah satu anggota tim Technology Development Prime Mover pada kontestan yang akan mengikuti KRTI tahun depan.

Tim Akasha Wiyasa yang dibimbing oleh Dr. Firman Hartono, S.T., M.T., memiliki anggota diantaranya Jessica Athalia Moelia Sapoetra ( Teknik Mesin), Dandy Arif Rahmadi ( Teknik Fisika), Alfiedo Aryaputra Pongrante ( Teknik Mesin), dan anggota TIM lainnya. Meraih juara dua Technology Development Propeller.

Tim Propeller mengungkapkan kesulitan dalam pengembangan ide mereka. Proses pematangan  ide mereka masih berlangsung selama seleksi wilayah hingga tingkat nasional. Salah satu hambatan utama adalah kurangnya waktu, terutama saat mendemonstrasikan ide dengan uji terbang tim. Selain itu, mereka juga menghadapi kendala dalam mencari bahan baku, kadangkala baru menyadari kebutuhan tersebut setelah proses dimulai. Mereka berharap tahun depan timeline persiapan bisa lebih panjang, untuk memastikan persiapan yang lebih matang.

Tim Catra Danadyaksa yang dibimbing oleh Ahmad Izzudin, S.T., M.T., memiliki anggota diantaranya Sigit Adriansyah ( Teknik Mesin), George Daniel Nugroho ( Teknik Elektro), Rafa Nanda Akilah ( Astronomi), dan anggota TIM lainnya. Meraih juara dua Technology Development Ground Control Station.

Tim GCS sendiri menghadapi beberapa tantangan dalam pengembangan mereka. Tantangan utama mereka berada dalam kurangnya SDM, terutama untuk pengembangan GCS yang merupakan bagian kritis dari proyek ini. Kesulitan juga muncul dalam hal pendidikan tim dan pengujian proyek, terutama ketika melakukan uji terbang. Meskipun demikian, tim Catra Danadyaksa berhasil mengatasi sebagian besar tantangan tersebut dengan bantuan dari project manager dan pengubahan strategi pengembangan. Meskipun awalnya tim ingin mengendalikan multi drone, akhirnya mereka berfokus pada pengendalian satu drone dengan fitur-fitur unik seperti precision landing dan video monitoring

Tim Atasya Bramantya yang dibimbing oleh Dr. Yazdi Ibrahim Jenie, S.T., M.T.,memiliki anggota diantaranya Djoko Bayu Murtie ( Teknik Dirgantara), Alif Addamaghany Kurniawan ( Teknik Mesin), Nadhifa Tsaniyah Adira ( Teknik Mesin), dan anggota TIM lainnya. Meraih juara 2 Technology Development Airframe.

Tim Ayaskara Nawang yang dibimbing oleh Anggera Bayuwindra, S.T., M.T., Ph.D., memiliki anggota diantaranya Muhammad Mumtaz ( Sistem dan Teknologi Informasi), Fathiya Amani Shabira (Teknik Elektro), Sinekar Lintang ( Teknik Elektro), dan anggota TIM lainnya. Meraih juara 2 Technology Flight Controller Development.

Tim ayaskara Nawang memfokuskan pembangunan mereka pada teknologi kontrol penerbangan khususnya pada flight controller. Mereka mencari bakat unggulan dari tim STAY dan bekerja sama dengan anak- anak elektro untuk perancangan hardware. Dalam pengembangan software, mereka menggabungkan tenaga dari anak- anak STAY dan anak- anak FTMD, terutama dari AE penerbangan, untuk perhitungan dan coding. Mereka berhasil menghasilkan dua jenis Flight Controller dalam final perlombaan, satu dengan STM32F4 dan STM32F7, yang memiliki proses lebih cepat.

Kendala yang dihadapi tim Ayaskara Nawang sendiri adalah ketidakmampuan untuk menggunakan percobaan sistem UAV hybrid seperti kompetitor terbaik mereka. Yang mungkin menjadi penyebab kurangnya pengalaman dalam pengembangan sistem hybrid UAV.

Walaupun banyak kendala yang dihadapi oleh tim Aksantara, mereka mampu menjuarai 6 dari 7 perlombaan yang mereka ikuti. Dengan keberhasilan ini menegaskan keunggulan teknologi dan kreativitas mahasiswa ITB dalam dunia teknologi pesawat tanpa awak.

 (written by Adji Riksa) (edited by Ainayya Azzahra).