Bandung – Indra Jaya Budiarso, mahasiswa Program Studi Teknik Material Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) menjadi salah satu dari 12 finalis Mahasiswa Berprestasi ITB 2022.

Mewakili FTMD, Indra akan bersaing dengan 11 kandidat lainnya pada pemilihan Mahasiswa Berprestasi ITB 2022 yang akan digelar Rabu 22 Juni 2022 mendatang.

Tidak mudah bagi Indra dipilih untuk mewakili FTMD pada ajang ini. Dia harus bersaing ketat dengan calon lainnya dari Program Studi Teknik Mesin, Teknik Dirgantara dan Teknik Material.

“Awalnya gak nyangka bisa menang karena waktu itu mepet dalam pengumpulan berkas pemilihan di tingkat fakultasnya karena waktu itu masuk rumah sakit jadi agak keteteran.”

“Ada perasaan nervous karena saingannya di sana saya kenal karena prestasinya itu luar biasa bial dibandingkan saya seperti menang lomba-lomba internasional. Tapi saya berfokus dan mencoba yang terbaik untuk berkompetisi pada tanggal 22 (Juni 2022),” katanya.

Indra mematok target bisa masuk tiga besar pada ajang ini dan telah mempersiapkan beberapa hal untuk proses pemilihan nanti.

“Fokus saya untuk membawa nama FTMD, target 3 besar masuk ke mahasiswa berprestasi. Saya ingin membawa nama baik FTMD bisa naik lagi dan juga bisa menginspirasi dari temen-temen, adik-adik tingkat untuk lebih berprestasi lagi dan memanfaatkan yang sudah ada masuk ITB agar bisa berkembang lebih jauh lagi,” katanya.

Selain aktif dalam kegiatan kampus, keseharian Indra banyak dihabiskan dengan kegiatan magang dibeberapa perusahaan starup bidang pendidikan.

Pada semester 3 hingga 5, Indra magang dan mengajar kalkulus, kimia dasar untuk para calon mahasiswa serta mengajar fisika, kimia untuk SMA serta mengajar pelatihan software engineering.

“Kemudian ada lagi pengalaman lagi di starup pendidikan lebih ke manajerialnya itu jadi staff product development di perusahaan starup berupa platform membantu siswa dalam UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer), jadi menyediakan try out online. Nah di sana saya membantu proses quality control apakah soalnya sesuai kurikulum, ada kesalahan kunci jawaban dan lain-lain jadi siswa terbantu,” katanya.

Namun ada dua hal yang paling berkesan yaitu pada semester 5 ketika dia magang sebagai drafter di perusahaan yang bergerak di bidang aerasi, dia berkesempatan untuk mengembangkan mesin penyaringan untuk limbah tinta dari mesin percetakan uang PERURI (Percetakan Uang Republik Indonesia).

“Jadi ada masalah di filtrasi tintanya jadi setelah mencetak uang kan tintanya harus dibuang, nah sebelum dibuang harus ada proses penyaringan dulu agar tidak berbahaya untuk lingkungan. Di dalam sistem ini ada filter yang dipakai, semakin dipakai efisiensinya bakal berkurang.”

“Saya dapet tugas mendesain mesin yang bisa membersikan filter ini tapi tetap dibantu dari perusahaan (tempat magang). Saya membuat desain 3d dari rangka mesin, sistem perpipaan sampai ke manufakturnya. Sealam 4 bulan dari Oktober (2021) sampai Februari (2022) mesin baru selesai dan bisa dikirim ke PERURI dan dites hasilnya puas. Mesinnya masih dipake dan masih berjalan dengan baik,” katanya.

Satu hal lainnya yang berkesan yaitu dia bersama 11 rekannya dari Himpunan Mahasiswa Teknik Material (MTM) ITB terlibat untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di belakang SDN Kanaan, Kp. Kanaan, Indragiri, Kec. Rancabali, Kab. Bandung, Jawa Barat.

Proyek pembuatan PLTB tersebut diterapkan dengan membangun turbin dan mampu menghasilkan listrik hingga 1 kWh. Hasilnya wilayah SD Kanaan kini bisa mendapatkan listrik setelah 39 tahun tidak bisa menikmatinya.