Kemajuan industri manufaktur di Indonesia tentunya selaras dengan peningkatan kebutuhan dan ketersediaan mesin perkakas. Dimana pertumbuhan industri manufaktur dibarengi dengan peningkatan nilai impor mesin perkakas. Hal ini dikarenakan mesin perkakas memiliki peran penting dalam memicu pergerakan dan pertumbuhan ekonomi diberbagai sektor industri, seperti pertanian, pertambangan, kehutanan, dan transportasi. Selama ini, ketersediaan komponen mesin perkakas di Indonesia masih bergantung dengan negara lain.   

Bersamaan dengan itu, para dosen Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB juga memiliki kepedulian mengenai kapasitas dan kualitas industri manufaktur di Indonesia. Menurut mereka, kunci dari kemajuan industri manufaktur dalam segala sektor adalah ketersediaan mesin perkakas. Apabila kemampuan dalam mengembangkan mesin perkakas tidak dilakukan di dalam negeri, maka kemajuan industri-industri manufaktur akan mengalami kerterhambatan.  

Melihat peningkatan dari nilai impor dari mesin perkakas dan kepedulian para dosen FTMD, Kementrian Perindustrian (Kemenperin) dan para dosen FTMD ITB menggaskan ide mengenai Pusat Pengembangan Teknologi dan Industri Mesin Perkakas dan Industri Alat Kesehatan (PPTI-MP dan ALKES) pada tahun 2011. Pemerintah bertekad mengawal pengembangan mesin perkakas supaya lebih berkembang guna memenuhi kebutuhan perkakas dalam negeri. FTMD ITB hadir dengan kepakaran ilmu yang dimiliki untuk membantu dan mendukung pertumbuhan serta pengembangan mesin perkakas secara nasional. 

Untuk mewujudkan cita-cita ini, Kemenperin membangun gedung pusat kajian mengenai pengembangan mesin perkakas di FTMD ITB. Pembangunan gedung pusat kajian ini selanjutnya disebut Gedung PPTI (Pusat Pengembangan Teknologi dan Industri) yang terdiri dari empat lantai dan satu lantai mezzanine. Pembangunan gedung ini memakan waktu selama lima tahun terhitung dari tahun 2012 sampai 2017. 

Gedung PPTI tampak depan

Gedung PPTI tampak belakang

Kemudian, pemerintah Indonesia menjalin kerjasama dengan pemerintah Republik Korea Selatan untuk mendukung pengadaan alat. Pemerintah Republik Korea Selatan melalui  MOTIE (Ministry of Trade, Industry and Energy) Korea Selatan membangun proyek ODA (Official Development Assistant) For Establishment of Machine Tools Technical Center In Indonesia. Dalam kerjasama ini, Pemerintah Republik Korea Selatan memberi hibah sebesar 70 miliar rupiah dalam bentuk pemberian mesin-mesin yang berkaitan dengan pengembangan mesin perkakas. Peralatan tersebut dikirim langsung dari korea Selatan secara bertahap dan diletakkan di gedung PPTI-ITB. 

Selanjutnya, kerja sama ini disebut dengan proyek Machine Tools Industry Development Centre (MTIDC) atau Pusat Pengembangan Teknologi Industri Mesin Perkakas (PPTI – MP). Kerja sama ini berlangsung selama 3 tahun terhitung sejak tahun 2019. Direncanakan berakhir pada tahun 2021, kerja sama ini diperpanjang hingga Desember 2022 karena namun karena adanya pandemi COVID-19. 

Kerjasama ini dilakukan sebagai langkah konkrit untuk pengembangan dan penumbuhan serta penguatan industri barang modal dalam negeri. Kemudian hasilnya dapat terlihat dari pembangunan ekonomi nasional melalui peran industri barang modal yang mengisi kebutuhan dalam negeri. Hasil panjang dari kerja sama ini juga diharapkan Indonesia mampu memproduksi mesin perkakasnya secara mandiri di dalam negeri mulai dari perencanaan sampai perakitan. Ketika hal ini terwujudkan, industri manufaktur akan mengalami pertumbuhan dan Indonesia perlahan juga akan menjadi negara maju.